Rabu, Agustus 27, 2008

Makna Filosofi Perkawinan

Perkawinan merupakan jawaban bagi masalah kekosongan eksistensial manusia. Orang dapat saling memberi dan menerima cinta secara eksklusif. Setiap pasangan berpeluang untuk bersama-sama mengembangkan diri menjadi pribadi yang sehat dan matang. Mengapa menunda-nunda perkawinan di usia yang telah matang ?

Pada dasarnya manusia terpanggil untuk hidup berpasang-pasangan. Manusia dapat menemukan makna hidupnya dalam perkawinan. Sebagian orang menganggap bahwa perkawinan membatasi kebebasannya, tetapi bagaimanapun sebagian besar dari kita dapat mengakui bahwa perkawinan memberikan jaminan ketenteraman hidup.

Crooks & Baur dalam bukunya, Our Sexuality (1990), menyebutkan beberapa alasan mengapa seseorang memilih untuk melanjutkan hidupnya dalam lembaga perkawinan. Alasan-alasan tersebut adalah:

1. Untuk memberikan suatu bentuk perasaan yang sifatnya menetap tentang bagaimana memiliki seseorang dan menjadi milik seseorang serta perasaan dibutuhkan orang lain.

2. Keyakinan bahwa kedekatan dan kepercayaan dalam perkawinan dapat membawa suatu bentuk hubungan yang lebih kaya dan mendalam sifatnya.

3. Untuk dapat melakukan dan mendapatkan hubungan seks yang sifatnya legal dan wajar secara norma sosial.

4. Harapan bahwa mereka akan semakin memahami kebutuhan pasangannya, dan hubungan yang tercipta semakin harmonis seiring dengan semakin dalamnya pengetahuan akan pasangannya. Hal ini jelas tidak cukup didapatkan bila dilalui hanya dalam konteks hubungan percintaan saja ( date relationship).

5. Mendapatkan beberapa keuntungan secara keuangan dan hukum yang bisa diperoleh dalam pernikahan.

Mengapa Menunda?

Dikisahkan adanya seorang wanita cantik yang memilih tetap melajang di usia 43 tahun. Pilihan melajang disebabkan orang yang dicintainya telah menikah dengan wanita lain, dan ia tidak pernah dapat jatuh cinta dengan pria lainnya.

Kisah lajang yang lain, seorang pria, mengaku sangat menikmati pekerjaannya sebagai kepala cabang sebuah perusahaan penyedia peralatan medis. Di usia yang telah menginjak 33 tahun, ia belum berniat menjalin hubungan serius dengan lawan jenis.

Ia menyukai relasinya dengan banyak orang; baik pria maupun wanita, tanpa merasa butuh mengikatkan diri dengan seseorang sebagai pasangan hidup. la beralasan bahwa pernikahan hanya akan mengurangi kebebasannya untuk bergaul dengan siapa saja. Meskipun demikian, ia juga tidak yakin, apakah hidup tanpa pasangan memang baik baginya di masa depan.

Masih banyak lajang-lajang yang lain, yang telah berusia menjelang 30 tahun atau lebih, tetapi masih ingin menunda perkawinan. Marilah kita menengok alasan-alasan mengapa orang belum mau menikah di usia yang telah sangat matang.

Alasan yang mengemuka antara lain: (1) belum menemukan orang yang cocok; (2) belum mengenal pasangan secara mendalam; (3) takut mengganggu karier yang sedang dibangun; (4) masih menjadi tulang punggung-keluarga dan belum siap membagi tanggung jawab lebih untuk orang selain keluarga; (5) masih ingin bebas, masih ingin menikmati kesendirian; (6) belum merasa mapan secara ekonomi; (7) belum siap secara mental; dan lain lain.

Sungguh banyak hal yang dapat menjadi alasan atau pertimbangan sebelum seseorang memutuskan untuk menikah. Alasan pertama dan kedua dapat dikatakan sebagai alasan yang mendasar karena perkawinan sebagai relasi yang intim memang seharusnya dilandasi kecocokan dan saling pengertian antarpasangan.

Dua alasan tersebut lebih banyak berkaitan dengan masa depan emosi cinta. Tanpa itu, hubungan sulit diharapkan dapat berhasil. Sementara itu, alasan ketiga dan seterusnya sifatnya sangat subjektif: ukurannya berbeda-beda antara satu orang dengan orang yang lain. Dengan kata lain, alasan-alasan tersebut masih dapat ditawar.

Mantapkan Keputusan

Mengingat banyaknya sisi positif dari perkawinan, bagi yang masih ragu-ragu untuk melangkah ke jenjang perkawinan berikut disajikan saran-saran sesuai dengan alasannya yang menyebabkan keraguannya untuk menikah. Jika Anda merasa belum mengenal pasangan Anda secara mendalam, yang perlu dilakukan adalah memanfaatkan setiap kesempatan yang ada (misalnya melalui pertemuan-pertemuan) untuk saling mengenal lebih dalam kelebihan kekurangan pasangan. Jangan membuang waktu hanya untuk bersenang-senang!

Bagi Anda yang takut bahwa pernikahan akan menghalangi pencapaian karier yang diangan-angankan (terutama bagi wanita), lebih baik pikiran itu dibuang jauh-jauh. Diskusikan dengan calon pasangan Anda, dan tetapkan komitmen masa depan karier masing-masing, bagaimana mengaturnya agar dapat diwujudkan bersama.

Bayangkan bahwa karier akan lebih nyaman untuk dijalani dengan dukungan pasangan. Dukungan pasangan adalah salah satu dukungan sosial (social support) terbaik dalam menghadapi setiap kesulitan hidup. Di sisi lain, jika Anda masih menjadi tulang punggung keluarga, tentu Anda dapat menunggu sebentar sampai ada anggota keluarga (misalnya adik) yang dapat mandiri dan bersama-sama berbagi beban dan tanggung jawab.

Masih ingin bebas? Apakah jika sudah menikah Anda tidak akan bebas lagi? Bukankah semuanya berpulang pada komitmen Anda dengan pasangan? Tentu saja Anda masih dapat menjalankan segala akivitas Anda dengan bebas di bawah kesepakatan dengan pasangan.

Dalam hal ini Anda menjalankan kebebasan dalam tanggung jawab, bukan? Ataukah masih ingin menikmati kesendirian? Sampai kapan? Jangan sampai nanti Anda justru menyesali setiap waktu yang terlewati dalam kesendirian itu. We can’t turn back the hand of time.

Belum merasa mapan secara ekonomi? Ini adalah alasan yang banyak ditemui dalam masyarakat (terutama pria). Sebenarnya sederhana saja: Menabunglah ketika Anda sudah bekerja. Sedikit demi sedikit. Itu akan sangat membantu kelak.

Banyak pula yang berpendapat bahwa jika menunggu mapan, kemapanan akan semakin sulit diraih karena tanpa sadar kita menaikkan standar kemapanan versi kita sendiri. Mereka yang mengatakan hal tersebut juga menyatakan: Menikahlah, maka Anda akan segera merasa “mapan!”

Lalu, bagaimana jika Anda belum merasa siap secara mental? Hal ini tentu saja bukan hal sepele. Di mana Anda belum siap? Di bagian apa? Mengapa? Kira-kira apa jalan keluarnya? Mungkin saja butuh waktu sampai Anda benar-benar merasa siap, tetapi tentu saja pada akhirnya keputusan tetap harus diambil bukan?

Pertunangan

Ada sebuah cara yang lazim dilakukan untuk lebih mengikat fisik dan terutama hati pasangan serta belajar lebih siap mehghadapi pernikahan, yaitu dengan melaksanakan pertunangan (engagement).

Kata orang, dengan pertunangan pasangan kita bisa lebih terjaga. Benarkah?

Pertunangan sering juga dilakukan untuk melicinkan jalan suatu pasangan menuju ke gerbang pernikahan. Namun, ada suatu fakta yang dikemukakan oleh Benokraitis (1996), yaitu pasangan Octavio Gullen dan Adriana Martinez dari Meksiko yang menghabiskan waktu selama 67 tahun dalam ikatan pertunangan dan memastikan satu dengan yang lainnya adalah orang yang tepat sebelum menikah.

Fakta ini pasti akan membuat kita tersenyum. Salah satu yang melintas di benak kita adalah, masih bagus salah satu dari mereka belum dijemput ajal. Seandainya demikian, pertunangan itu tak akan pernah berakhir.

Dalam semangat religius, pernikahan adalah sesuatu yang sakral; menikah adalah ibadah. Kenapa harus menghindarinya? Segala ketakutan dan trauma masa lalu (jika ada) akan terhapus melalui tangan waktu dan kebahagiaan yang menanti di balik optimisme.

Saat berpacaran masing-masing individu sebaiknya belajar untuk menjadi lebih dewasa, dan saat menikah proses belajar tersebut terus berlanjut dan memasuki tahap yang lebih tinggi.

Rabu, Agustus 13, 2008

Manfaat susu kolostrum tidak hanya karena IgG

SMART NACO INDONESIA

Kolostrum (colostrum)

  1. Kolostrum adalah susu yang dihasilkan induk mamalia dalam 3×24 jam pertama setelah melahirkan (pascapersalinan). Terkadang disebut juga sebagai “susu imun” karena kandungan faktor kekebalan tubuh (faktor imun) yang ditemukan jauh lebih banyak proporsinya dibandingkan dengan susu setelah 3 hari pascapersalinan tersebut. Banyaknya faktor pertumbuhan dalam kolostrum juga ikut memberikan deferensiasi susu imun ini dari susu pada umumnya. Selain juga tentunya kombinasi zat gizi (nutrien) yang sempurna sebagaimana susu.

  2. Secara umum, mengonsumsi kolostrum akan membantu tubuh dalam memulihkan dan menjaga kesehatan. Hal ini dimungkinkan karena komposisi yang sangat unik seperti terdapatnya Imunoglobulin-G (IgG) dan laktoferin. Banyak nutrien kolostrum yang juga merupakan nutrien susu telah dibuktikan secara ilmiah memiliki fungsi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Sejarah kebudayaan manusia juga telah menunjukkan peran susu secara umum dalam kehidupannya. Bahkan secara religius, dalam ayat suci Al Qur’an, terdapat 2 ayat yang menyebutkan tentang pemanfaatan susu (An Nahl:66 dan Al Mu’minun:21).

  3. Kolostrum, khususnya Susu Naco IgG-Plus, dikonsumsi sebagaimana layaknya susu karena ia merupakan kombinasi unik antara susu skim dan kolostrum alami melalui serangkaian proses berteknologi tinggi sehingga tercapai kualitas terbaik dalam hal kandungan nutrien dan penyajiannya. Satu hingga dua sacchet sehari telah mencukupi untuk membantu pemeliharaan kesehatan bagi orang dewasa yang saat ini senantiasa dihadapkan dengan suasana hidup (seperti stres psikologis) dan lingkungan hidup (seperti polusi dan infeksi). Tentunya untuk nutrien yang telah diketahui angka kecukupan hariannya disesuaikan dengan referensi yang ada.

  4. Kolostrum kita konsumsi dari susu kolostrum sapi karena beberapa alasan. Pertama, banyaknya kesesuaian antara susu dan kolostrum sapi dengan susu dan kolostrum manusia. Ini pula yang menjadi latar belakang kenyataan bahwa produk susu sapi mendominasi konsumsi susu oleh manusia dibandingkan dari produksi susu hewan lainnya. Kedua, kebutuhan konsumsi kolostrum yang besar sedangkan suplai terbatas hanya dapat diatasi melalui pemanfaatan kolostrum sapi yang secara kuantitas jauh lebih banyak dan secara kualitas dengan petanda mutu berupa IgG dibuktikan sangat tinggi dibandingkan manusia.

    parameter kolostrum susu
    Protein total (%) 14,0 3,2
    Imunoglobulin (Ig;%) 6,0 0,09
    IgG (g/100mL) 3,2 0,06

    Diadaptasi dari Folley dan Oterby, 1978
  5. Dalam sebuah tulisan ilmiah yang ditulis Kelly, GS (Alt Med Rev 2003; 8(4):379) disebutkan 3 tips memilih produk kolostrum yang baik: 1. Pilihlah kolostrum yang saat perahnya tertentu, artinya sesuai dengan kriteria kolostrum; 2. Kandungan proteinnya terstandarisasi; 3. Kandungan IgG terstandarisasi.

  6. Sebagai pertimbangan pemilihan, simaklah fakta berikut. Kolostrum dalam Susu Naco IgG Plus diperah pada 2 hari pertama pasca persalinan sehingga memiliki kualitas di atas standar dengan kandungan protein dan IgG yang terstandarisasi. Dan kandungan IgG dalam Susu Naco dijamin dapat menggambarkan kualitas kolostrumnya karena seutuhnya merupakan kandungan alami dari kolostrum yang digunakan, bukan dari hasil penambahan parsial IgG dari bahan selain kolostrum. Sehingga berbagai nutrien bermanfaat dari kolostrum (tidak hanya IgG) benar-benar terdapat dalam Susu Naco.

  7. Dengan mempertimbangkan sifat dari berbagai komponen dalam kolostrum, maka sebaiknya Susu Naco dikonsumsi pada saat perut kosong dengan dilarutkan menggunakan air biasa, bukan air panas. Susu Naco akan tetap larut karena merupakan bubuk susu instan yang juga memberikan nilai tambah dibandingkan kolostrum pada umumnya.

  8. Saat ini kesadaran masyarakat akan manfaat kolostrum bagi kesehatan tubuhnya telah semakin meningkat. Terutama sejak PT Smart Naco Indonesia memperkenalkan Susu Naco IgG Plus-nya. Hal ini terbukti dengan demikian pesatnya penerimaan masyarakat akan produk unggulan tersebut. Dan secara tidak langsung, juga mendukung program pemerintah untuk air susu ibu (ASI) ekslusif dan segera memberikan ASI setelah melahirkan, karena pengenalan Susu Naco membuat semakin banyak orang sadar akan manfaat kolostrum yang merupakan bagian dari ASI. Dengan Susu Naco, kita mendapat kesempatan kedua dalam hidup untuk mensyukuri nikmat Allah SWT melalui pemanfaatan kolostrumnya.

  9. Sebutan kolostrum sebagai susu ajaib atau bahkan dianggap sebagai obat merupakan suatu mitos yang perlu diluruskan. Kolostrum digolongkan sebagai nutriseutika yang memang telah dibuktikan secara ilmiah menunjukkan fungsi bermanfaat bagi tubuh manusia. Melalui suplai faktor kekebalan tubuh, faktor pertumbuhan, dan berbagai nutriennya yang unik dan tentunya masih menyimpan sejumlah misteri, kolostrum memang senantiasa menarik untuk dikaji secara ilmiah dan dimanfaatkan sebagai pelengkap konsumsi manusia. Empat sehat lima sempurna, sempurnakan dengan Susu Naco IgG Plus (Susu skim dengan kolostrum).

Naco IgG-Plus atau yang populer dengan sebutan Susu Naco merupakan susu skim dengan kolostrum yang diproses menggunakan teknologi mutakhir yang sesuai, sehingga didapatkan mutu terbaik dari pabrik dan peternakan sapi perah pilihan di Selandia Baru.
(Majalah Swa 6 Desember 2007)

Kesehatan, Susu dan Kolostrum

1. Apa arti kesehatan yang sebenarnya ?

Definisi kesehatan berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta standar kesejahteraan manusia secara umum. Selain sehat secara fisik, jiwa, dan sosial, saat ini sehat secara spiritual pun telah menjadi pengertian yang semakin mengglobal.

2. Kita semua sadar bahwa kesehatan sangat penting dalam kehidupan, lantas untuk mencapai kesehatan yang sempurna asupan apa saja yang harus dikonsumsi ?

Asupan tentunya sesuai dengan aspek kesehatan tadi (fisik, jiwa, sosial, dan spiritual). Secara fisik, di Indonesia kita mengenal istilah 4 sehat 5 sempurna yaitu makanan pokok sumber karbohidrat (spt: nasi dan kentang, lauk-pauk sumber protein (spt: daging dan tempe), sayur-mayur dan buah-buahan sebagai sumber berbagai vitamin dan zat gizi lainnya, dan disempurnakan dengan susu yang kaya akan berbagai zat gizi.

3. Kita semua mengenal empat sehat lima sempurna. Apa unsur itu sudah benar ?

InsyaAllah benar dan tentunya diupayakan terdapat keseimbangan faktor gizi sesuai kebutuhan individual.

Salah satunya adalah susu, tapi tidak cukup akrab untuk mengenalnya. Susu sangat akrab bagi kita karena saat kita bayi atau anak-anak senantiasa meminumnya baik sebagai ASI (air susu ibu) ataupun susu formula. Meminum susu bagi orang dewasa di Indonesia mungkin memang belum menjadi tradisi, dapat dibuktikan dengan rendahnya jumlah konsumsi susu perkapita. Namun, secara nyata terus terjadi peningkatan.

Sebenarnya apa manfaat dari susu tersebut ?

Pada saat 4 bulan pertama kita hidup didunia, susu adalah segalanya bagi kita. susu sebagai sumber energi, protein, vitamin, dsb. Memang pada saat dewasa, fungsi sumber energi sudah diambil alih oleh makanan lainnya. Tetapi sumber zat gizi tertentu, yang memang khas ada di susu menjadi kebutuhan yang perlu kita penuhi.

4. Ada berapa macam jenis susu dan apa saja kandungan didalamnya ? Klasifikasi/jenis susu banyak, tergantung dengan faktor yang ingin dibedakan, di antaranya s.b.

Klasifikasi / jenis susu

Air susu ibu (manusia), susu sapi/kambing/onta/ hewan mamalia lain, susu kedelai
Susu murni, susu formula / diperkaya, susu fermentasi
Susu utuh (full cream), susu skim
Susu instan, susu non-instan
Susu untuk bayi, susu untuk anak (pertumbuhan), susu untuk dewasa, susu untuk usia lanjut
Susu cair, susu bubuk
Susu biasa, susu kolostrum

5. Apa arti sesungguhnya susu kolostrum itu ?

Susu kolostrum adalah susu yang dihasilkan oleh mamalia (makhluk yang memproduksi susu, termasuk manusia) sejak melahirkan hingga sekitar 3 hari pasca-melahirkan.

Bagaimana kita bisa mengenali kolostrum itu ?

Secara kasat mata, seorang ibu yang baru melahirkan dapat melihat perbedaan antara susu pada hari-hari pertama pasca-melahirkan (kolostrum) dengan susu yang dihasilkannya pada hari-hari berikutnya, baik dalam hal warna, kekentalan, dan rasanya.

7. Apa kelebihan kolostrum dengan susu yang lain ? Mengapa kandungannya berbeda dengan susu biasa ?

Para ahli memberikan istilah khusus (susu kolostrum) dikarenakan terbukti adanya perbedaan yang nyata antara kandungan susu kolostrum dengan susu biasa. Susu kolostrum memiliki keunggulan dalam kandungan dan fungsi, khususnya yang berhubungan dengan faktor kekebalan tubuh (imunitas) dan faktor pertumbuhan. Secara logis, keunggulan ini diciptakan Allah SWT untuk memberikan dukungan tambahan bagi bayi baru lahir yang masih sangat lemah pasca-dilahirkan.

8. Apa susu biasa tidak memiliki manfaat dibanding dengan kolostrum ? Sementara yang saya ketahui, susu bisa menguatkan fungsi tulang dan menghindarkan kita dari bahaya osteoporosis, bagaimana dengan kolostrum ?

Kita semua paham bahwa susu biasa memiliki banyak manfaat, sehingga menjadi komponen kelima dalam 4 sehat 5 sempurna. susu kolostrum selain memiliki semua manfaat susu biasa, juga ditambah dengan keunggulan akibat kandungan faktor kekebalan tubuh dan faktor pertumbuhannya yang lebih nyata.

9. Fungsi kolostrum sendiri bagaimana ?

Sebagaimana susu, kolostrum merupakan sumber zat gizi yang lengkap dan bermutu, ditambah juga sebagai sumber serangkaian faktor kekebalan tubuh dan faktor pertumbuhan yang senantiasa dibutuhkan manusia.

10. Melihat begitu banyak fungsinya, kita jadi mengerti mengapa anak yang baru lahir disarankan untuk disusui hingga usia 2 tahun. Selain kolostrum kita temui pada ibu melahirkan, apa kita bisa temui pada hewan seperti sapi atau lainnya ?

Hewan yang dapat menghasilkan susu untuk anaknya, tentunya juga akan menghasilkan kolostrum pada hari-hari pertama pasca-melahirkan.

11. Bisa dijelaskan bagaimana kolostrum yang terdapat pada sapi, apa tidak membahayakan ? Dan manfaatnya pada sapi ?

Sejalan dengan sejarah manusia memanfaatkan susu sapi, tidak ada suku bangsa yang melarang meminum susu sapi, bahkan di India sekalipun. Juga tidak ada catatan ilmiah yang menunjukkan bahaya susu kolostrum sapi berbahaya untuk dikonsumsi. Justru yang menarik, adanya laporan penelitian yang menyatakan bahwa anak sapi yang tidak diberi kolostrum pada minggu pertama usianya, menunjukkan tingkat ketahanan hidup yang lebih rendah. Ini menunjukkan betapa pentingnya susu kolostrum bagi bayi yang baru lahir, apalagi bayi sapi yang hidup di kandang yang kebersihannya jauh dibandingkan kamar bayi. Sehingga dukungan tambahan faktor kekebalan tubuh menjadi sesuatu yang penting.

12. Jadi, kolostrum pada sapi bisa juga dapat menjadi obat bagi beberapa penyakit ?

Walau serangkaian manfaat telah ditunjukkan oleh susu, ia tetap sebagai minuman bukannya obat. Begitu juga dengan susu kolostrum. Dengan suplai zat gizinya, tentu akan membantu pemulihan berbagai gangguan kesehatan akibat kekurangan zat gizi yang sesuai. Penambahan faktor kekebalan tubuh diharapkan juga dapat membantu pemulihan berbagai gangguan kesehatan yang terkait dengan kurang optimalnya sistem kekebalan tubuh. Penambahan faktor pertumbuhan juga diharapkan dapat membantu pemulihan berbagai gangguan kesehatan yang terkait dengan kurang optimalnya pertumbuhan sel, organ ataupun sistem tubuh, baik dalam proses pertumbuhan ataupun proses regenerasi.

13. Bagaimana cara memilih produk kolostrum yang baik ?

Produk kolostrum sapi yang baik adalah yang diperah maksimal dalam 3 hari pasca-melahirkan, kadar proteinnya terstandarisasi, dan kadar imunoglobulin-G-nya (IgG) juga terstandarisasi. Tentunya kesehatan induk sapinya juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan, seperti bahwa sapinya tidak terkena penyakit sapi gila (mad cow) atau penyakit sapi lainnya. Secara umum, pilihlah produsen yang memiliki standarisasi produksi yang baik dan bagi yang beragama Islam, kehalalan produk juga harus menjadi pertimbangan.

14. Apa dengan begitu kita akan mendapat manfaat kolostrum ?

InsyaAllah, dengan susu kolostrum yang bermutu. terpercaya, dan halal, disertai dengan cara minum yang tepat, kita akan mendapatkan berbagai manfaat dari susu kolostrum.

15. Bagaimana dengan efek sampingnya, apakah ada ?

Istilah efek samping lebih tepat digunakan untuk obat. Kita tidak pernah menggunakan istilah efek samping untuk makan nasi bukan? Namun, memang ada beberapa hal yang mungkin muncul bila minum susu (termasuk kolostrum), terutama untuk orang yang memang tidak biasa meminumnya, yaitu rasa tidak nyaman pada perut (Jawa: enek), terkadang buang air besar menjadi lembek atau agak cair. Tapi hal ini biasanya akan mereda dengan sendirinya secara perlahan, setelah tubuh beradaptasi menghasilkan enzim percernaan yang sesuai untuk susu dalam jumlah yang memadai.

16. Setelah mengenal jauh mengenai kolostrum dan manfaatnya, berapa banyak sebaiknya saya mengkonsumsi dan kapan waktu yang tepat ?

Meminum 1 gelas susu kolostrum sehari cukup untuk membantu menjaga kesehatan. Namun pada kondisi tubuh sangat lelah atau butuh lebih banyak dukungan faktor-faktor yang disuplai susu kolostrum, 2-3 kali sehari, InsyaAllah memadai. Penyesuaian jumlah konsumsi ini sangat individual sebagaimana juga penentuan takaran minum susu atau makan telor yang sangat bervariasi antar individu.

17. Siapa saja yang boleh mengkonsumsi kolostrum, selain pada bayi yang baru lahir ?

Siapa saja dapat meminum susu kolostrum, sebagaimana juga susu biasa. Apalagi saat ini, susu kolostrum bubuk ada yang telah dikurangi lemak dan laktosanya sehingga dapat dimanfaatkan oleh orang yang perlu mengurangi kedua zat tersebut. Walau, tentunya tidak disarankan bagi yang alergi susu kolostrum atau zat gizi yang dikandungnya; atau bila memang membutuhkan berbagai manfaat susu kolostrum, sebaiknya berkonsultasi dahulu dengan dokter yang merawatnya.

18. Tidak setiap orang suka akan susu, tetapi mereka ingin sekali mendapatkan manfaat dari kolostrum, bagaimana dengan kasus seperti itu ?

Susu kolostrum dapat disajikan dalam campuran dengan berbagai minuman bercita-rasa lainnya (misalnya sirup), sehingga akan lebih nikmat. Bahkan dapat menjadi bahan pembuat kue atau kudapan. Sewaktu saya memberikan ceramah tentang kolostrum di Bandar Seri Begawan (Brunei Darussalam), salah seorang peserta yang merupakan salah satu koki istana mengatakan bahwa beberapa kue/kudapan Sultan dibuat dari susu bubuk kolostrum, juga demikian untuk salah satu coklat putihnya. Namun demikian, saya merekomendasikan cara mendapatkan manfaat dari susu kolostrum yang paling ideal adalah dengan meminumnya sebagaimana susu.

Sumber : http://dripa.blog.unair.ac.id/

Selasa, Agustus 12, 2008

Tanda-Tanda Kiamat

Tanda-tanda kiamat kecil terbagi menjadi dua: Pertama, kejadian sudah muncul dan sudah selesai; seperti diutusnya Rasulullah saw., terbunuhnya Utsman bin ‘Affan, terjadinya fitnah besar antara dua kelompok orang beriman. Kedua, kejadiannya sudah muncul tetapi belum selesai bahkan semakin bertambah; seperti tersia-siakannya amanah, terangkatnya ilmu, merebaknya perzinahan dan pembunuhan, banyaknya wanita dan lain-lain.

Di antara tanda-tanda kiamat kecil adalah:

1. Diutusnya Rasulullah saw

Jabir r.a. berkata, ”Adalah Rasulullah saw. jika beliau khutbah memerah matanya, suaranya keras, dan penuh dengan semangat seperti panglima perang, beliau bersabda, ‘(Hati-hatilah) dengan pagi dan sore kalian.’ Beliau melanjutkan, ‘Aku diutus dan hari Kiamat seperti ini.’ Rasulullah saw. mengibaratkan seperti dua jarinya antara telunjuk dan jari tengah. (HR Muslim)

2. Disia-siakannya amanat

Jabir r.a. berkata, tatkala Nabi saw. berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata, “Kapan terjadi Kiamat ?” Rasulullah saw. terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah saw. mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya.” Berkata sebagian yang lain, “Rasul saw. tidak mendengar.” Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya, “Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata lelaki Badui itu, ”Saya, wahai Rasulullah saw.” Rasulullah saw. Berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.” Bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Rasulullah saw. Menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.” (HR Bukhari)

3. Penggembala menjadi kaya

Rasulullah saw. ditanya oleh Jibril tentang tanda-tanda kiamat, lalu beliau menjawab, “Seorang budak melahirkan majikannya, dan engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang, dan miskin, penggembala binatang berlomba-lomba saling tinggi dalam bangunan.” (HR Muslim)

4. Sungai Efrat berubah menjadi emas

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sampai Sungai Eufrat menghasilkan gunung emas, manusia berebutan tentangnya. Dan setiap seratus 100 terbunuh 99 orang. Dan setiap orang dari mereka berkata, ”Barangkali akulah yang selamat.” (Muttafaqun ‘alaihi)

5. Baitul Maqdis dikuasai umat Islam

”Ada enam dari tanda-tanda kiamat: kematianku (Rasulullah saw.), dibukanya Baitul Maqdis, seorang lelaki diberi 1000 dinar, tapi dia membencinya, fitnah yang panasnya masuk pada setiap rumah muslim, kematian menjemput manusia seperti kematian pada kambing dan khianatnya bangsa Romawi, sampai 80 poin, dan setiap poin 12.000.” (HR Ahmad dan At-Tabrani dari Muadz).

6. Banyak terjadi pembunuhan

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiada akan terjadi kiamat, sehingga banyak terjadi haraj.. Sahabat bertanya apa itu haraj, ya Rasulullah?” Rasulullah saw. Menjawab, “Haraj adalah pembunuhan, pembunuhan.” (HR Muslim)

7. Munculnya kaum Khawarij

Dari Ali ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Akan keluar di akhir zaman kelompok orang yang masih muda, bodoh, mereka mengatakan sesuatu dari firman Allah. Keimanan mereka hanya sampai di tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya. Di mana saja kamu jumpai, maka bunuhlah mereka. Siapa yang membunuhnya akan mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR Bukhari).

8. Banyak polisi dan pembela kezhaliman

“Di akhir zaman banyak polisi di pagi hari melakukan sesuatu yang dimurkai Allah, dan di sore hari melakukan sesutu yang dibenci Allah. Hati-hatilah engkau jangan sampai menjadi teman mereka.” (HR At-Tabrani)

9. Perang antara Yahudi dan Umat Islam

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon, ‘Wahai muslim, wahai hamba Allah, ini yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon Gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR Muslim)

10. Dominannya Fitnah

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat, sampai dominannya fitnah, banyaknya dusta dan berdekatannya pasar.” (HR Ahmad).

11. Sedikitnya ilmu

12. Merebaknya perzinahan

13. Banyaknya kaum wanita

Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda. “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah ilmu diangkat, banyaknya kebodohan, banyaknya perzinahan, banyaknya orang yang minum khamr, sedikit kaum lelaki dan banyak kaum wanita, sampai pada 50 wanita hanya ada satu lelaki.” (HR Bukhari)

14. Bermewah-mewah dalam membangun masjid

Dari Anas ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Diantara tanda kiamat adalah bahwa manusia saling membanggakan dalam keindahan masjid.” (HR Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban)

15. Menyebarnya riba dan harta haram

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu waktu, setiap orang tanpa kecuali akan makan riba, orang yang tidak makan langsung, pasti terkena debu-debunya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu saat di mana seseorang tidak peduli dari mana hartanya didapat, apakah dari yang halal atau yang haram.” (HR Ahmad dan Bukhari)

Tanda-Tanda Kiamat Besar

Sedangkan tanda-tanda kiamat besar yaitu kejadian sangat besar dimana kiamat sudah sangat dekat dan mayoritasnya belum muncul, seperti munculnya Imam Mahdi, Nabi Isa, Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj.

Ayat-ayat dan hadits yang menyebutkan tanda-tanda kiamat besar di antaranya:

Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” Dzulqarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.” (Al-Kahfi: 82)

“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82)

Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari ra, berkata: Rasulullah saw. muncul di tengah-tengah kami pada saat kami saling mengingat-ingat. Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang sedang kamu ingat-ingat?” Sahabat menjawab, “Kami mengingat hari kiamat.” Rasulullah saw. bersabda,”Kiamat tidak akan terjadi sebelum engkau melihat 10 tandanya.” Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan: Dukhan (kabut asap), Dajjaal, binatang (pandai bicara), matahari terbit dari barat, turunnya Isa as. Ya’juj Ma’juj dan tiga gerhana, gerhana di timur, barat dan Jazirah Arab dan terakhir api yang keluar dari Yaman mengantar manusia ke Mahsyar. (HR Muslim)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Hari tidak akan berakhir, dan tahun belum akan pergi sehingga bangsa Arab dipimpin oleh seorang dari keluargaku, namanya sama dengan namaku.” (HR Ahmad)

Perbedaan antara tanda-tanda kiamat kecil dan kiamat besar adalah :

  1. Tanda-tanda kiamat kecil secara umum datang lebih dahulu dari tanda-tanda kiamat besar.
  2. Tanda-tanda kiamat kecil sebagiannya sudah terjadi, sebagiannya sedang terjadi dan sebagiannya akan terjadi. Sedangkan tanda-tanda kiamat besar belum terjadi.
  3. Tanda kiamat kecil bersifat biasa dan tanda kiamat besar bersifat luar biasa.
  4. Tanda kiamat kecil berupa peringatan agar manusia sadar dan bertaubat. Sedangkan kiamat besar jika sudah datang, maka tertutup pintu taubat.
  5. Tanda-tanda kiamat besar jika muncul satu tanda, maka akan diikuti tanda-tanda yang lainnya. Dan yang pertama muncul adalah terbitnya matahari dari Barat.

Pengertian, Definisi, Alam dan Peristiwa Sesudah Hari Kiamat - Alam Barzah, Yaumul Ba'ats dan Yaumul Mahsyar - Agama Islam

Hari kiamat adalah hari akhir kehidupan seluruh manusia dan makhluk hidup di dunia yang harus kita percayai kebenaran adanya yang menjadi jembatan untuk menuju ke kehidupan selanjutnya di akhirat yang kekal dan abadi. Iman kepada hari kiamat adalah rukum iman yang ke-lima. Hari kiamat diawali dengan tiupan terompet sangkakala oleh malaikat isrofil untuk menghancurkan bumi beserta seluruh isinya.

Hari kiamat tidak dapat diprediksi kapan akan datangnya karena merupakan rahasia Allah SWT yang tidak diketahui siapa pun. Namun dengan demikian kita masih bisa mengetahui kapan datangnya hari kiamat dengan melihat tanda-tanda yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Orang yang beriman kepada Allah SWT dan banyak berbuat kebaikan akan menerima imbalan surga yang penuh kenikmatan, sedangkan bagi orang-orang kafir dan penjahat akan masuk neraka yang sangat pedih untuk disiksa.

Dengan percaya dan beriman kepada hari kiamat kita akan didorong untuk selalu berbuat kebajikan, menghindari perbuatan dosa, tidak mudah putus asa, tidak sombong, tidak takabur dan lain sebagainya karena segala amal perbuatan kita dicatat oleh malaikat yang akan digunakan sebagai bahan referensi apakah kita akan masuk surga atau neraka.

Peristiwa dan Kehidupan Setelah Hari Kiamat :

1. Alam Kubur / Alam Barzah
Alam barzah adalah suatu dunia lain yang dimasuki seseorang setelah meninggal dunia untuk menunggu datangnya kebangkitan kembali pada hari kiamat. Pada alam kubur akan datang malaikat mungkar dan nakir untuk memberikan pertanyaan seputar keimanan dan amal perbuatan kita. Jika kita beriman dan termasuk orang baik, maka di dalam kubur akan mendapatkan nikmat kubur yang sangat menyenangkan daripada nikmat duniawi, sedangkan sebaliknya bagi orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, siksa kubur praneraka yang pedih sudah menanti di depan mata.

2. Hari Kebangkitan / Yaumul Ba'ats
hari kebangkitan adalah hari dibangkitkannya seluruh manusia yang pernah hidup di dunia baik yang tua, muda, besar, kecil, hidup di zaman nabi adam as, baru lahir saat kiamat, dsb akan bangkit kembali dari mati untuk kemudian dihitung amal perbauatannya selama hidup di dunia. Seluruh manusia akan bangkit kembali dengan jasad / tubuh ketika masih muda dengan raut yang wajah berbeda-beda sesuai amal perbuatannya.

3. Yaumul Mahsyar
Yaumul mahsyar adalah tempat dikumpulkannya seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya dari awal zaman hingga akhir jaman untuk dilakukan hisab atau peradilan tuhan yang sejati pada yaumul hisab. Selanjutnya akan diberangkatkan ke jembatan shirotol mustaqim untuk disortir mana yang masuk surga dan mana yang masuk neraka. Yang terjatuh di neraka akan menjadi penghuni neraka baik yang kekal abadi maupun yang hanya sementara hingga segala dosa-dosanya yang tidak terlalu berat itu termaafkan.

Atheisme

“Atheisme” yang (Tidak) Bertuhan

Atheisme sering dikatakan sebagai paham yang tidak mempercayai Tuhan, baik itu keberadaannya maupun perannya dalam kehidupan manusia. Sulit untuk merunut sejak kapan paham ini ada di muka bumi. Walaupun demikian, banyak orang yang mengklaim bahwa dirinya atheis. Atheisme mulai diberikan landasan rasional ilmiah ketika Ludwig Feuerbach menerbitkan karyanya The Essence of Christianity dan melakukan kritik agama khususnya agama Kristen.

Atheisme model Ludwig Feuerbach adalah filsafat model “tak lain daripada…”. Hal ini karena pemikiran yang diajukan hanya melihat sesuatu dibalik/dibelakang masalah yang dibicarakannya. Bukannya secara jujur mengungkapkan kebenaran dan kesalahan dari agama tapi langsung masuk kedalam adanya sesuatu di balik layar dari agama itu : “bahwa agama tak lain daripada….”. Landasan filosofis ini sering disebut dengan nama Reduksionisme.

Dalam tulisan ini saya hanya mengungkapkan 4 landasan berpikir para pemikir aliran utama atheisme, tentunya dengan penjelasan singkat ala kadarnya. Keempat pemikiran itu, yang mempelopori filsafat kritis terhadap agama, adalah Ludwig Feuerbach, Sigmund Freud, Friederich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.

1. Atheisme Ludwig Feuerbach

Feuerbach adalah orang yang pertama kali memberikan landasan rasional ilmiah terhadap atheisme. Dia juga adalah salah satu pendukung filsafat dialektis Hegelian. Alih-alih mendukung sepenuhnya konsep hegelian, hal yang menurutnya bertentangan antara dirinya dengan konsep Hegel adalah tentang sesuatu yang nyata dan rasional. Bagi Feuerbach, manusia adalah nyata dan rasional, sedangkan roh semesta (yang dinyatakan oleh Hegel dan diasosiasikan dengan Tuhan/Allah) adalah sesuatu yang tidak nyata.

Bagi Feuerbach, agama adalah proyeksi manusia atas keterasingan dirinya. Agama menjadi tempat bagi manusia untuk mengasingkan dirinya dari kehidupannya. Sebagai proyeksi, agama tak lain dari sesuatu yang diberikan penghargaan positif terhadap dirinya. Segala konsep tentang Tuhan, Malaikat, Surga, dan Neraka yang ada dalam agama tak lain daripada hasil proyeksi manusia itu sendiri. Dengan kata lain, manusia yang mengkonsepkan hal-hal itu. Manusia yang menciptakan Tuhan, dan bukan Tuhan yang menciptakan manusia.

Agama berdampak positif bagi manusia. Segala sesuatu yang Maha, misalnya Adil, Baik, Penyayang, Pengampun, dll yang ada dalam Tuhan Agama, tidak lain daripada proyeksi manusia itu sendiri. Hal itu sebenarnya telah ada dalam eksistensi manusia. Bukannya menjadikan sesuatu yang Maha itu menjadi milik manusia, manusia justru terjebak dalam pemujaan dan penyembahan kepada agama dan Tuhan yang sebetulnya telah berada dalam dirinya dan menjadi miliknya. Oleh karena itu, manusia harus mengambil kembali ke-Maha-an itu kedalam dirinya. Agama dan Tuhan bukan lagi merupakan sesuatu yang menjadi pusat bagi manusia, tetapi justru manusialah pusat dari segalanya.

2. Atheisme Sigmund Freud.

Sigmund Freud adalah seorang psikiater yang menciptkan dan mengembangkan metode Psikoanalisis. Suatu metode/teori yang kemudian menjadi salah satu aliran besar dalam psikologi. Freud mengikuti alur berpikir Feuerbach dengan filsafat reduksionisme-nya bahwa agama “tak lain daripada…”

Buku karya Freud yang menyatakan atheismenya adalah Totem and Taboo (1913) dan Moses and Monotheism (1938). Menurut Freud, ritual-ritual keagamaan mempunyai kemiripan dengan ritual yang ada dalam gangguan obsesif-kompulsif. Obsesif-kompulsif adalah suatu gangguan psikologi (psychological disorder) dimana seseorang tidak mampu menahan keinginannya untuk melakukan suatu gerakan/aktivitas berulang-ulang, misalnya mencuci tangan berkali-kali, dll. Freud juga mengatakan “neurosis as an individual religion, religion as a universal obsessional neurosis”. Suatu pernyataan yang jelas mengaitkan antara agama dan neurosis.

Dilain pihak, Freud juga mengatakan bahwa agama tak lain daripada sublimasi insting-insting seksual. Teori Psikoanalisis Freud dibangun diatas satu konsep yang disebut Psikoseksual, bahwa dorongan-dorongan seksual (sexual drive/libido) adalah dorongan yang terutama dalam diri manusia yang membuat manusia itu bisa bertahan hidup. Sedangkan sublimasi adalah salah satu mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) yang dibangun manusia untuk menyeimbangkan egonya dari dorongan-dorongan yang berasal dari ketidaksadaran. Insting-insting seksual manusia harus diberi bentuk lain agar dapat diterima secara sosial, dan semuanya itu ada dan tampak dalam agama. Agama adalah sublimasi dari insting-insting seksual manusia agar dapat diterima oleh masyarakat.

3. Atheisme Friederich Nietzsche.

Whiter is God, ‘he cried. ‘I shall tell you. We ahve killed Him-you and I. All of us are murderers…God is dead. God remain dead. And we have killed him…” (Friederich Nietzsche, The Gay Science, 1882).

Kutipan diatas adalah salah satu pernyataan Nietzsche dalam bukunya. “God is Dead” yang dikatakan oleh Nietzsche bukanlah pengertian Tuhan secara literal. Jika Tuhan telah mati berarti pada suatu saat Tuhan pernah ada. Apa yang dinyatakan oleh Nietzsche adalah kematian keagamaan di Eropa. Pengertian God is Dead adalah Tuhan dalam konteks kekristenan di Eropa. Bahwa kepercayaan terhadap Tuhan (pada saat itu adalah Kristen) adalah kepercayaan yang salah. Tuhan tidaklah lagi dapat dipercayai, dan oleh karena itu Dia telah mati, dan seandainya Dia belum mati, adalah tugas manusialah untuk membunuhnya (and we have killed him…).

Pandangan Nietzsche melegitimasi pandangan dalam bidang keilmuan (science) bahwa ilmu pengetahuan akan mengeluarkan Tuhan dari ranah kehidupan manusia. Filsafat, ilmu pengetahuan, politik dan bidang-bidang lain akan memperlakukan Tuhan sebagai sesuatu yang tidak relevan dan tidak humanis.

4. Atheisme Jean-Paul Sartre

Sartre adalah salah satu tokoh terkemuka dalam Filsafat Eksistensialis. Dia adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa eksistensi mendahului esensi. Atheisme adalah salah satu inti dari filsafat Sartre.

Sartre menolak konsep tentang Tuhan karena konsep Tuhan berisi kontradiksi dalam dirinya sendiri (self-contradiction). Sartre mendefinisikan Tuhan sebagai konsep yang being-in-itself-for-itself. Konsep Tuhan sebagai in-itself memproposisikan bahwa Dia adalah eksis, sempurna dalam dirinya sendiri, dan secara total tidak relevan. Sedangkan konsep for-itself memformulakan bahwa Dia adalah bebas secara sempurna dan tidak terikat terhadap apapun. Kesimpulan logika haruslah menolak konsep seperti ini karena konsep ini berisi kontradiksi dalam dirinya. (Jean-Paul Sartre, Being and Nothingnes : An Essay in Phenomenological Onthology, 1943).

Selain itu, konsep keberadaan Tuhan membatasi kebebasan dan eksistensi manusia. Konsep Tuhan diadopsi oleh manusia untuk memberiarti dunia ini. Manusia menemukan konsep ini untuk menerangkan sesuatu yang tidak dapat diterangkan (explain the unexplainable). Konsep Tuhan adalah keinginan manusia untuk memenuhi ketidaksempurnaan dan ketidakmampuannya.

=============

Konsep-konsep atheisme diatas dapat berkembang menjadi pemikiran-pemikiran baru dalam aliran-aliran atheisme. Dan perdebatan seputar konsep ini masih terus berlanjut.

Bung Atheis vs Bung Agamis

***dari milis sebelah…bagus untuk dibaca + direnungkan…***

Bung Atheis : Saya pikir ada sesuatu yang tidak masuk akal dari kelakuan orang-orang yang beragama itu. Setiap hari mereka berdoa, sudah tentu doa itu bikin tuhan terlalu sibuk. Kita hitung saja sholatnya orang Islam. Jika tiap orang Islam sholat 17 rakaat sehari (24 jam) dan jumlah orang Islam di seluruh dunia ada 1 milyar, maka tuhan mesti dengar dan mempertimbangkan doa sebanyak 17 milyar kali !!!

Jadi kenapa kita harus mengembalikan semua masalah kepada yang Bung sebut Tuhan itu ? Kenapa kita tidak kembali kepada azas yang sederhana ? Kalau ada masalah pikirkan pakai akal lalu cari solusi yang logis.
Sederhana toch !!!!

Bung Agamis : Analogi yang Bung kemukakan ini terlalu simplistik. Tuhan dilihat sebagai sesuatu yang terpisah dari makhluk-makhluk yang jumlahnya milyaran, dan hubungan antara Tuhan dan makhluk dilihat sebagai komunikasi linier satu lawan satu, dan berlangsung melalui jalur komunikasi fisikal dengan teknologi yang kita kenal sehari-hari. Analogi seperti itu tidak kena sama sekali terhadap aspek realitas yang bersifat transendental, seolah-olah Tuhan pegang HP dan harus siap “dicall” setiap saat oleh umatNya.

Bagaimana kalau Tuhan didekati dengan analogi lain; analogi yang menurut saya lebih mendekati realitasnya dibandingkan analogi di atas — sekalipun juga masih jauh dari realitas sebenarnya karena Dia Maha Tak Terbayangkan : Analogi yang saya maksud adalah: mendekati Tuhan sebagai puncak dari sistem organik yang meliputi seluruh sistem-sistem di bawahnya (di dalamnya). Analogi ini menggunakan pendekatan Teori Sistem.

Pada skala mikro, kita melihat manusia sebagai suatu sistem organik yang mencakup sistem-sistem lebih kecil di dalamnya (manusia bukan suatu entitas yang terpisah dari sistem-sistem yang membentuk dirinya), yakni sistem berbagai jaringan seperti: otot, tulang, kulit, syaraf, jantung & pembuluh darah, paru-paru dsb. Selanjutnya, masing-masing jaringan mencakup sistem-sistem yang lebih kecil lagi, yakni sel-sel. Masing-masing sel mencakup sistem-sistem yang jauh lebih kecil lagi, yakni molekul-molekul. Dan seterusnya semakin kecil: sistem-sistem atom, partikel-partikel subatomik dst.

Sistem-sistem itu, dari yang terkecil sampai yang terbesar, di satu sisi berfungsi secara otonom, dan di sisi lain berhubungan dengan sistem di atasnya secara integral. Dan masing-masing tingkatan sistem itu di satu sisi memiliki sifat-sifat dari sistem-sistem yang ada di bawahnya, dan di sisi lain memperlihatkan sifat-sifat “baru”, yang tidak dimiliki oleh sistem di bawahnya. Misalnya, sebuah sel di satu sisi memiliki semua sifat yang dimiliki oleh molekul-molekul yang membentuknya; tetapi di sisi lain memiliki sifat kehidupan, yang tidak dimiliki oleh molekul-molekul yang membentuknya.

Kita cenderung melihat manusia sebagai sistem organik yang sepenuhnya otonom, tidak tergantung pada sistem lain di atasnya. Sebagai sistem organik yang otonom manusia merasa hidup dan menginjak bumi yang dianggapnya sebagai benda mati, dan merasa berhak memperkosa bumi yang mati itu untuk kepentingannya sendiri. Ini mungkin semata-mata karena arogansi manusia, atau keserakahan manusia, atau kesempitan pandangan intelektualnya yang masih ada –atau justru muncul– pada tingkatan kecanggihan sains sekarang ini.

Sebagai sistem organik (hidup), manusia memiliki kesadaran, yang tampaknya tidak dimiliki oleh sistem-sistem jaringan tubuh yang membentuknya. Namun jaringan-jaringan itu bisa berkomunikasi melalui proses-proses tak-sadar, misalnya melalui berbagai sistem enzym yang bisa mempengaruhi tubuh dan jiwa manusia secara keseluruhan. Gampangnya, sel-sel tubuh kita bisa berkomunikasi timbal balik dengan diri kita sebagai sistem organik yang disebut manusia, yang mempunyai badan dan jiwa. Kelainan-kelainan pada jaringan kita rasakan sebagai manusia; dan sebaliknya, kondisi pikiran kita bisa mempengaruhi keadaan jaringan tubuh, baik secara positif maupun secara negatif.

Kalau –sesuai dengan Teori Sistem– kita melihat ke “atas”, melampaui manusia sebagai sistem, maka timbul pertanyaan, betulkah manusia merupakan sistem kehidupan yang tertinggi, dan tidak ada lagi yang lebih tinggi daripadanya?

Para ilmuwan di garis depan makin lama makin menyadari bahwa manusia beserta makhluk-makhluk hidup lain di muka Bumi ini merupakan bagian integral dari suatu sistem organik yang mencakup semuanya, yang disebut ekologi. Ekologi-ekologi lokal bersama Bumi tempatnya berpijak bergabung membentuk ekologi Bumi yang utuh dan menyeluruh. (Ekologi Bumi yang utuh ini –yang seperti di bawah dijelaskan mempunyai kesadaran– disebut ‘Gaia’; kita di Timur barangkali menyebutnya ‘Ibu Pertiwi’.) Demikian selanjutnya, bumi beserta planet-planet lain membentuk tatasurya; tatasurya membentuk galaksi dst.

Nah, yang krusial di sini: kalau manusia itu saja sudah mempunyai kesadaran, maka –menurut Teori Sistem– sistem-sistem yang lebih besar dari manusia –dan yang mencakup manusia– tentu harus mempunyai kesadaran juga; kesadaran ini secara kualitatif harus berbeda, tetapi mencakup dan mengintegrasikan kesadaran-kesadaran individual manusia yang ada di dalamnya. Sampai di sini pencerahan yang dialami oleh para ilmuwan teoretik ini tampaknya “menghidupkan” kembali panteisme kuno yang dianggap orang sebagai kepercayaan primitif pra-monoteisme.

Dari sinilah saya mendekati makna dari “Tuhan” yang secara monoteistik tradisional dipahami sebagai “pencipta” alam semesta beserta segala isinya, yang terpisah dari ciptaannya. Menurut pendekatan ini, Tuhan dan alam semesta tidak terpisah. Beranalogi dengan sistem yang dinamakan manusia –yang mempunyai badan dan jiwa– begitu pula ‘maha-sistem’ ini mempunyai badan (alam semesta) dan jiwa (Tuhan). Di sini Tuhan tidak dipandang sebagai “pencipta”, melainkan sebagai “roh”, dari alam semesta.

Dan dari pendekatan ini pula saya memahami makna “doa”. Beranalogi dengan sel-sel dan jaringan-jaringan tubuh kita yang dapat berkomunikasi secara timbal-balik (melalui proses-proses enzymatik) dengan diri kita sebagai manusia yang mencakup jaringan-jaringan itu, begitu pula kita sebagai sistem individual yang menjadi bagian dari ‘maha-sistem’ dapat berkomunikasi dengan ‘maha-sistem’ itu melalui proses kesadaran.

Yang unik di sini adalah: oleh karena ‘doa’ itu adalah kegiatan kesadaran, maka efektivitas doa itu sangat erat berhubungan dengan pola pemahaman atau kepercayaan dari kesadaran masing-masing. Doa itu akan efektif bila orang menyadari dan menerima ada sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri, terlepas dari apakah itu dilihat sebagai “pencipta” dirinya, atau dilihat sebagai “maha-sistem” yang mencakup sistem dirinya. Isi kepercayaan itu sendiri tidak penting; selama orang menyadari ada sesuatu yang lebih tinggi dan yang mencakup dirinya, maka doanya akan efektif. (Ini tidak berarti bahwa doa adalah satu-satunya cara berkomunikasi atau berkomuni dengan “maha-sistem” itu; seorang individu bisa pula berkomunikasi melalui proses-proses lain seperti: proses mistikal dll.)

Sebaliknya, doa sama sekali tidak efektif bila orang tidak menyadari atau tidak percaya bahwa ada sesuatu yang lebih tinggi, yang mencakup dirinya. Bagi orang seperti itu doa hanyalah sekadar nonsens yang menjadi bahan tertawaan atau pelecehan seperti kata-kata Bung di atas. Bung tidak percaya pada keberadaan Tuhan yang Maha Tinggi dan sebaliknya percaya pada Akal yang sebetulnya tidak lain semacam “tuhan” juga bagi Bung

Selanjutnya, sama seperti sel-sel tubuh yang berfungsi sendiri-sendiri lepas dari kendali dan integrasi dalam sistem organik yang membawahinya bisa menjadi kanker yang akan menggerogoti sistem organik itu, begitu pula manusia-manusia yang merasa otonom sepenuhnya dan berfungsi sesuka hatinya sendiri lepas dari kendali dan integrasi dengan ekologi tempatnya hidup –baik itu disadari sebagai “Tuhan” atau pun sebagai “Ibu Pertiwi” atau “Gaia”– bisa menjadi “kanker” yang akan menggerogoti ekologinya.

Tetapi sekali lagi ya … ini tidak lebih permisalan. Anda tidak akan pernah memahami Tuhan yang Maha Tinggi sampai anda mengalaminya sendiri.

Atheis yang Baik Hati.


Apakah ada seorang Atheis Yang baik hati? Yang senantiasa berbuat baik dan menghindari hal-hal yang jelek walaupun kepercayaannya tentang keberadaan tuhan berbeda dengan kepercayaan pemeluk-pemeluk agama pada umumnya?
Jawabnya : Mungkin Ada dan pastinya cukup langka. Aku pernah mengenal salah satu diantaranya. Sebut saja si Bapak atheis ini dengan initial AYB (Atheis yang Baik Hati)

Sebelumya, perlu dijelaskan bahwa predikat “Yang Baik Hati” adalah predikat yang aku berikan atas penilaian subyektif kuterhadap keseharian dan tingkah laku bapak AYB ini.

Keseharian yang bagaimana?
Yah misalnya saja, bapak ini cukup dermawan. Kukatakan dia Dermawan bukan karena dia kaya raya dan rajin menyumbang dengan jumlah uang yang cukup besar, tetapi dermawan dalam pengertian, dia tidak segan-segan untuk membantu orang lain, walaupun dirinya sendiri masih dirundung kesulitan. Contoh lainnya lagi: dia tidak pernah berbuat kriminal, tidak pernah korupsi-di saat menduduki posisi penting di pemerintahan, bekerja keras dan rela berkorban untuk keluarganya.

Bapak AYB juga Senantiasa berusaha hidup secara sehat (a.l dengan : Tidak minum alkohol , tidak merokok, dan berolah raga secara teratur). Juga senantiasa hidup secara sederhana. Kalau dilihat dari penghasilan nya setiap bulan, sebenernya Bapak AYB ini masih mampu untuk menyewa seorang sopir yang siap mengantarkannya ke mana-mana. Namun demikain Bapak AYB, lebih memilih kemana-mana naik mikrolet. Mobil pribadinya hanya dia gunakan sesekali saja untuk acara-acara penting/ mendesak, seperti ke Resepsi Pernikahan atau ke Dokter. Lalu, dengan hidup sederhana seperti itu, ke mana sisa uang bapak AYB di alokasikan? Di tabung buat biaya pendidikan/kuliah cucu-cucunya dikemudian hari dan juga, itu tadi, sebagian didermakan pada yang membutuhka.
You See? Nggak salah kan kalau ku beri dia predikat bapak tersebut sebagai AYB?

Dengan kebaikan hatinya seperti yang telah ku dijelaskan di atasa, Aku tidak akan pernah terpikir untuk protes pada Allah, kalau pada hari pembalasan nanti Allah menempatkan Bapak AYB di surga-Nya. Lho kok!!!!!! Why?

Pertimbangannya:
1. Surga- Neraka itu hak prerogratif Allah
2. Dari sudut pandang tertentu, “Keikhlasan” berbuat baik dan menghindari hal-hal yang buruk seperti Bapak AYB ini, bisa jadi jauh lebih tinggi dari pemeluk agama umumnya seperti diriku.

Bisa dijelaskan?
Misalnya gini:

  1. Dalam hal selalu berbuat baik
    Aku (Pemeluk agama): berbuat baik untuk mengarapkan pahala dari Allah untuk kehidupan ku di surga nantt (kalau masuk suga)
    Pak AYB : Berbuat baik, yah berbuat baik aja dengan ikhlas, boro-boro mengharap dapet pahala, pahala dari siapa? Wong Atheis kok.
  2. Dalam hal menghindari berbuat Jahat / Yang tidak baik:
    Aku (Pemeluk agama): aku berusaha senantiasa menghindari hal-hal yang tidak baik karena takut Azab Allah, takut masuk neraka.
    Bapak AYB : Senantiasa menghindari berbuat tidak baik, karena secara ikhlas tidak ingin merugikan masyarakat disekitarnya ataupun dirinya sendiri. Menghindari berbuat tidak baik bukan semata-mata hanya karena takut akan di barbeque di neraka.

Pada suatu kesempatan aku terlibat diskusi yang cukup serius dengan Bapak AYB. Beliau sangat prihatin dan kecewa dengan perkembangan aksi-aksi kekerasan dan terorisme yang kebetulan dilakukan oleh sekelompok orang yang memeluk agama islam.

Agama yang kupeluk.

“Ada yang salah dengan Ajarannya” katanya membuka diskusi.
“Yang salah, bukan ajarannya, tapi pemahaman terhadap ajaran Islam yang salah” kataku membela diri.
“Oh ya? Kalau pemahamannya yang salah, kenapa ‘pemahaman’ yang salah itu terjadi secara global, ‘mendunia’?” tantangnya lagi. Beliau menggunakan kata “mendunia” mengacu pada aksi-aksi teroris yang bisa terjadi di mana saja dan dilakukan oleh bangsa-bangsa yang berbeda-beda, yang sama-sama memeluk agama islam.
“Yah.. karena ‘ketidak adilan’ perlakuan terhadap umat islam juga terjadi di seluruh dunia” tangkisku lagi
“So, mereka membalas ketidakadilan dengan ketidakadilan juga? (dengan meledakkan Bom yang menewaskan orang-orang yang tak berdosa), Apakah memang begitu ajarannya?”

Pertanyaan-pertanyannya begitu tajam dan kritis datang bertubi-tubi.

Diskusi pun merembet tidak lagi terfokus pada penyimpangan terhadap pemahaman ajaran Islam, tetapi lebih dalam lagi .melebar pada konsep ketuhanan yang mana aku (yang awam ini) kewalahan menanggapi pertanyaan-pertanyaannya.

“Agama adalah Candu” katanya lagi mengutip Karl Marx, menutup segala argumen-nya tentang absurd-nya doktrin dan dogma keimanan yang membuatku tak berkutik karenanya.

Perasaanku bercampur aduk, di satu sisi aku tidak terima atas terinjak-injaknya keimananku atas argumen-argumen-nya, di sisi lain, aku frustasi dengan keterbatasan kemampuanku menangkis argumen-argumen-nya yang tajam dengan argumen yang lebih cerdas.

Tak ayal lagi, bendera putih pun terpaksa ku kibarkan perlahan-lahan:
“Pak AYB, kalaupun bapak benar…..
“ aku menarik napas dalam dalam… ..

“kalaupun di hari akhir nanti bapak bisa membuktikan apa yang bapak bilang:
bahwa tidak ada Surga – seperti yang disampaikan Muhammad , atau bahwa Islam itu hanyalah karangan seorang Muhammad.... aku tidak akan pernah menyesal menganut ajaran Islam yang disampaikan oleh Muhammad. Bagiku, Islam telah membimbing ku menjalani hidup didunia ini dengan damai.

"Setiap hari, kunikmati ritual sholat yang diajarkan Muhammad, kurasakan kesegaran dan kedamaian tiap kali kubasuhkan segarnya air wudhlu ke wajahku , kedamaian disaat mengucapkan syahadat di akhir sholat, kedamaian di saat kupasrahkan segala sesuatu-nya pada-Nya, kedamaian disaat berbagi dengan sesama, kedamaian di saat ramadhan dan lebaran, Kedamaian atas semua Ajaran Muhammad yang kujalankan.”

Aku melanjutkan
“Pak, Ilmu ku terlalu dangkal untuk bisa mematahkan argumen-argumen dan logika cerdas bapak. Agaknya tidak perlu kita lanjutkan lagi diskusi ini. Bendera kemenangan ada di tangan bapak."

"Namun demikian, kalau boleh aku menganjurkan, janganlah bapak menyampaikan apa yang bapak yakini pada sembarang orang. Karena tidak semua orang-orang memiliki kematangan dan kedewasaan dalam berpikir seperti Bapak. Aku khawatir penyampaian keyakinan Bapak pada orang yang salah akan membawa lebih banyak kerusakan daripada kebaikan”

“Bapak Bisa bayangkan, di Indonesia ini sebagian besar di isi oleh orang-orang beragama. Orang-orang yang sebenarnya percaya pada hari pembalasan. Itupun, masih banyak diantara mereka yang tergelincir melakukan kejahatan dan kerusakan. Ntah apa jadinya kalau di Indonesia ini di isi oleh orang-orang yang tidak beragama, tidak memiliki kematanagan berpikir dan tidak percaya keberadaan Tuhan, tidak bisa kubayangkan kerusakan yang bisa terjadi.” Aku menarik napas panjang, mengatupkan rahangku kerasakeras dan kuakhiri diskusi itu di situ.

Pak AYB, mengangguk angguk pelan, ntah apa artinya. Mudah-mudahan itu berarti persetujuannya untuk memenuhi permintaanku padanya di akhir diskusi itu.

****

Atheisme

assalaamu'alaikum wr. wb.

Atheis adalah golongan orang-orang yang tidak mengakui adanya Tuhan. Yang digarisbawahi di sini adalah pengakuannya terhadap Tuhan, bukan keberadaan Tuhan itu sendiri. Faktanya, tidak semua orang atheis adalah atheis sejati. Bahkan boleh dibilang atheisme itu sebenarnya tidak pernah ada.

Seorang ustadz yang dulu aktif berjuang di lapangan bersama-sama para demonstran pada era 1997-1998 merasa geli dengan pengalamannya bersama seorang mahasiswa yang dikenalnya memegang teguh prinsip-prinsip atheisme. Mahasiswa tersebut terkenal sangat anti-Tuhan, anti-agama dan anti segala hal yang berbau religius. Apa dinyana, ketika polisi dan tentara menembakkan peluru tajam ke udara, dia malah berteriak “Ya Tuhan…!”

Adakah orang yang benar-benar tidak percaya Tuhan?

Suatu malam di Puncak, seorang guru saya, Kang Dicky Zainal Arifin, pernah bercerita tentang pengalamannya berdialog dengan seorang atheis. Dialog tersebut kira-kira begini bunyinya :

Kang Dicky : “Kamu tidak percaya sama Tuhan?”
Atheis : “Tidak!” (menjawab mantap)
Kang Dicky : “Mau ketemu Tuhan?”
Atheis : “Mau!”
Kang Dicky : “Dengan cara apa Anda ingin mati?”

(dialog sempat terhenti karena orang atheis ini jadi tersinggung dan merasa dibodohi)

Kang Dicky : “Kamu tidak percaya adanya hidup setelah mati?”
Atheis : “Tentu tidak!”
Kang Dicky : “Perlu bukti?”
Atheis : “Jelas!”
Kang Dicky : “Dengan cara apa Anda ingin mati?”

(orang atheis tersebut makin tersinggung saja)

Dalam Al-Qur’an, iman kepada Allah seringkali digandengkan dengan iman kepada hari akhirat (contohnya pada Q.S. Al-Baqarah : 8). Iman kepada Allah dan kepada hari akhirat adalah dua serangkai yang amat fundamental yang bisa menjadi parameter seluruh keimanan seseorang.

Manusia adalah makhluk yang suka memandang hasil, bukan proses. Tanpa adanya hari pertanggungjawaban di akhirat, mungkin tidak akan ada yang peduli dengan aturan-aturan agama. Surga dan neraka adalah alat-alat Allah untuk memberi motivasi kepada manusia untuk tunduk patuh pada perintah-Nya. Kalau manusia tidak diiming-imingi dengan kenikmatan surga atau dibuat takut dengan siksa neraka, mungkin hanya sedikit sekali manusia yang mau beriman. Namun perlu diingat bahwa semua ibadah kita lakukan hanya karena Allah, bukan karena pahala atau karena surga. Inilah level pemahaman keimanan yang sangat tinggi yang telah mencapai derajat kecintaan kepada Allah.

Beriman kepada Allah dan hari akhir adalah fundamental dalam Islam. Kita tidak dapat memilih salah satu dari keduanya, karena akan menjadi rancu. Kita beriman kepada Allah, tapi bagaimana kita akan terdorong untuk mematuhi aturan-aturan-Nya, sementara kita tidak percaya adanya hari akhirat? Kalau setelah mati kita tidak akan disuruh mempertanggungjawabkan kehidupan kita di dunia, lalu buat apa capek-capek beribadah? Demikianlah ilustrasi pentingnya keimanan kepada Allah dan hari akhir tersebut.

Dialog antara Kang Dicky dan orang atheis tadi sebenarnya mengandung makna yang dalam. Jika ia (orang yang mengaku atheis itu) benar-benar tidak percaya adanya Tuhan dan kehidupan setelah mati, mengapa ia menolak kematian? Kenapa manusia takut mati? Bukankah hidup ini banyak sakit, lelah dan kecewanya? Mengapa kita menolak kematian, padahal kematian itu adalah istirahat yang tanpa batas?

Jawabannya jelas : di hati kecil setiap manusia tersembunyi kekhawatiran akan adanya pertanggungjawaban setelah kematian.

Tidak ada manusia yang senang dengan kematian, karena mereka khawatir akan dimintai pertanggungjawaban setelah mati. Kaum Muslim yang terjun ke medan perang tidak takut mati karena dijanjikan akan mati syahid, sementara yang syahid tersebut pasti masuk surga tanpa melalui ‘formalitas’ pertanggungjawaban atau hisab. Dengan kata lain, jika kita tidak lagi mengkhawatirkan hidup sesudah mati, maka kita tidak akan takut mati. Sebaliknya, orang yang masih takut mati berarti masih mempercayai adanya Tuhan dan hari akhir, meskipun lidahnya menyangkalnya.

Kebanyakan orang atheis sebenarnya tidak atheis. Mereka hanya orang-orang yang kecewa dengan kehidupan mereka sendiri. Mereka merasa bahwa Tuhan adalah pelayannya. Jika Tuhan tidak memberikan 'pelayanan' yang cukup baik, mereka pun merasa kecewa.

Bibit-bibit dari sikap ini ada di kehidupan kita sehari-hari. Karena sakit sedikit, kita langsung mengeluh. Padahal, hari-hari ketika kita sehat jauh lebih banyak daripada ketika kita sakit. Umat Islam beruntung memiliki panutan sekaliber Nabi Ayyub as. Beliau diuji dengan berbagai cobaan semasa hidupnya. Selama tujuh tahun ia mengalami kegagalan dalam bisnis, ternak-ternaknya mati, bahkan dirinya pun menderita berbagai macam penyakit. Ketika istrinya mengeluh, Nabi Ayyub as. malah berbalik marah kepadanya. Menurut beliau, Allah telah memberi mereka hidup senang selama puluhan tahun. Tidaklah patut bagi mereka untuk berkeluh kesah menghadapi kesusahan yang hanya tujuh tahun lamanya. Inilah fungsi sebenarnya dari matematika, yaitu mengajari kita caranya berhitung dengan benar.

Ada pula orang-orang yang bertanya-tanya, “Jika Tuhan itu memang ada, mengapa ada bencana, kelaparan, peperangan, wabah penyakit dan kemiskinan?”. Pertanyaan ini sama seperti kisah seseorang yang bertanya, “Jika ada tukang cukur, mengapa masih ada orang yang rambutnya berantakan tak terurus?”. Jawabannya jelas, karena masih ada orang yang tidak mau ke tukang cukur. Sama saja dengan berbagai penderitaan dalam hidup manusia yang muncul karena manusianya yang tidak mau ‘datang’ kepada Tuhan.

Kenapa mereka kecewa dengan hidup? Ini sebuah pertanyaan lain lagi. Kuncinya adalah pada tujuan hidup mereka. Jika tujuan hidup kita adalah menciptakan perdamaian di dunia, maka kita tidak akan pernah puas, karena ada saja manusia yang suka merusak kedamaian. Jika tujuan hidup kita adalah menciptakan dunia tanpa kelaparan, maka kita tidak akan pernah puas, karena ada saja segolongan manusia yang suka menindas orang lain. Jika tujuan kita adalah Allah, maka kita akan senantiasa dinamis, karena Allah menyukai orang-orang yang aktif berkarya, dan kita pun tidak akan kecewa menghadapi kegagalan, karena Allah menuntut kerja keras, bukan keberhasilan.

Keberadaan Allah bukan menjadi suatu beban, bahkan menjadi pelipur lara bagi setiap Muslim. Kita berjalan jauh untuk melaksanakan suatu kebaikan, namun kebaikan itu tidak berhasil kita wujudkan. Apakah kita perlu kecewa? Bukankah Allah Maha Melihat amal-amal kita? Bukankah Allah Maha Teliti dalam perhitungan-Nya? Setiap otot yang bergerak, darah yang mengalir dalam pembuluh darah, keringat yang mengalir dan persendian yang kelelahan pasti akan mendapatkan ganjaran dari kebaikan yang dibuatnya, meski pada akhirnya kita mengalami kegagalan.

Orang-orang atheis seharusnya tidak takut mati. Buat mereka, hidup adalah penderitaan dan mati adalah akhir yang kosong, tanpa makna, tanpa pertanggungjawaban. Jadi kalau masih takut mati, bisa dipastikan ia bukanlah seorang atheis.

Memang banyak orang yang bunuh diri, tapi mereka pun tidak bisa dianggap atheis yang sebenarnya. Kebanyakan orang bunuh diri tanpa pikir panjang, tanpa menggunakan akal sehat. Kalau pun sudah memikirkannya sejak jauh-jauh hari, mereka pun tidak pernah melihat orang lain bunuh diri. Karena itulah mereka tidak takut untuk bunuh diri. Kalau saja mereka meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir, mereka tidak akan bunuh diri. Tentu saja, tidak termasuk orang-orang sakit jiwa yang cenderung mencelakai diri sendiri.

Jadi, siapakah yang atheis?


wassalaamu'alaikum wr. wb.

Jumat, Agustus 08, 2008

Tujuan Hidup Manusia di Dunia

Penuhi jiwa ini dengan satu rindu

Rindu untuk mendapat rahmatMu

Meski tak layak kuharap sebut cintaMu

Meski begitu hina ku bersimpuh

Cukup bagiku Allah segalanya untukku

Di hatiku ini penuh terisi segala tentang Allah

(syair nasyid Gito Rollies)


Sebait lagu di atas mengingatkan kita akan hakekat tujuan hidup kita. Allah dzat yang Maha Agung dan Mulia. Bila waktu kita tlah berakhir, kita pasti akan menghadapNya, dengan muka yang berseri-seri maupun dengan muka yang tunduk terhina. Semua tergantung amalan kita pada Sang pemberi cinta kasih. Dengan berbekal amal sholeh ataukah kemaksiyatan, pasti masing-masing akan disempurnakan janji Allah atasnya.

Selamat bagi Anda yang meletakkan Allah paling utama diantara yang utama, paling dicintai diantara yang dicintai, paling berharga diantara yang berharga. Selamat karena Anda telah merasakan surga dunia.

Tidak akan memasuki surga akherat orang yang belum pernah memasuki surga dunia.”

Mungkin di antara kita ada yang meragukan atau belum mengerti makna maqalah tersebut. Senada dengan hadist yang menyatakan bahwa dunia ini bagi orang mukmin seperti penjara. Kedua perkataan tersebut sama-sama benar dan tidak ada kontradiksi kalau ditelaah lebih jauh.

Makna dari kedua perkataan tersebut adalah memang benar untuk mencapai keridloan Allah dipenuhi dengan berbagai rintangan maupun pengorbanan yang tidak sedikit. Bahkan meski dengan pengorbanan yang dilakukan seringkali masih dihina, diejek, maupun disiksa. Tekanan fisik dan mental harus dilalui untuk meraih cinta-Nya. Memang bukan jalan yang mulus tapi justru penuh duri. Tetapi dibalik kesulitan yang dihadapi, hati orang mukmin pasti mempunyai keyakinan akan janji Allah dan senantiasa meletakkan rasa syukur atas segala nikmatnya. Adanya keyakinan dalam hati disertai rasa syukur maupun sabar akan memberikan hakekat kebahagiaan yang sebenarnya. Kebahagiaan yang sebenarnya itu akan tumbuh manakala Rob mengisi ruang kalbunya, tiada harapan lain yang paling haqiqi selain selalu berdekatan denganNya, mengingatNya dalam setiap desahan nafas, dan rindu berjumpa dengan dzat yang sungguh sangat Pengasih dan Penyayang. Bukan hanya kebahagiaan semu yang acapkali justru ujungnya menyengsarakan. Harta, status sosial, bebas memperturutkan hawa nafsu hanyalah kenikmatan sesaat, ia hanya akan menyisakan rasa sakit yang makin mendalam, hatipun menjadi gersang karena mengingkari nurani yang pada dasarnya bersih dan suci. Itukah letak kebahagiaan yang selama ini banyak diperebutkan dan diburu-buru hingga nyawa lepas dari raga? Na’udzubillahi min dzalik.

Dunia ini tidaklah lebih berharga dari sesayap nyamuk. Jangan menaruh dunia di hati, tetapi pergunakanlah dunia untuk mendapatkan kebahagiaan hati, yaitu keridloan Allah. Dunia adalah sarana untuk mencapai kecintaan kepada Rob. Tidak masalah sedikit atau banyak yang penting ikhlas dan semaksimalnya. Setiap insan bisa mempergunakannya untuk mencapai keridloan Allah SWT kalau mau. Untuk beramal tidak harus kaya, bagi orang yang menginginkan cinta Allah melebihi segala-galanya, apapun bisa dikorbankan meski dia sendiri membutuhkan. Memberi di saat berlebih adalah mudah, meski tidak semua orang mau melakukannya, tetapi memberi di kala kita sendiri membutuhkan, hanyalah orang-orang yang mengharap perjumpaan dengan Allah yang dapat melakukannya.

Sebenarnya nikmat Allah sungguh sangat banyak. Namun sedikit sekali di antara kita yang mengingat-ingat, menghayati maupun memikirkannya. Sehingga setiap kesulitan yang dihadapi menyebabkan kita seolah-olah tidak pernah mendapat nikmat Allah. Mata dan hati yang seharusnya melihat orang-orang yang keadaannya lebih sulit daripada kita justru selalu kita belalakkan kepada orang-orang yang ”lebih”. Tanda petik tersebut menyiratkan makna karena orang yang berlebih dalam hal dunia belum tentu lebih beruntung daripada orang yang kurang dalam dunia, tetapi kaya dengan amalan akherat. Meskipun Allah lebih mencintai mukmin yang kuat daripada mukmin yang lemah, tetapi kekuatan tersebut haruslah dipakai untuk berjuang di jalan Allah.

Apakah yang diperoleh orang-orang yang telah kehilangan Allah dari dalam dirinya? Dan apakah yang harus dicari oleh orang-orang yang telah menemukan Allah di dalam dirinya? Sungguh antara yang pertama dan kedua tidak akan pernah sama. Orang kedua akan mendapatkan segalanya, dan orang pertama akan kehilangan segalanya.

Ketika Allah menjadi tujuan akhir dari kehidupan, maka akan tumbuh sifat-sifat dan sikap-sikap mulia dari seorang hamba. Percaya diri, semangat, tidak mudah putus asa, dan selalu bersabar dalam setiap kendala. Maksudnya bersabar disini bukanlah pasrah dengan keadaan tanpa adanya usaha dan perbaikan, tetapi selalu mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Dengan selalu berdo’a, ikhtiar, dan tawakkal terhadap segala kehendak-Nya. Bersabar berarti mampu memandang dengan sisi yang berbeda setiap kendala. Ketika merasakan betapa sulitnya menggapai suatu usaha, ia yakin bahwa setiap tetesan peluhnya menyimpan makna. Ketika merasakan sesaknya himpitan masalah, ia akan melihat pelajaran berharga yang bisa dipetiknya dari kesulitan-kesulitan yang menerpanya dan menjadikannya sebagai tonggak meraih harapan-harapan dalam hidupnya. Jika ia merasa belum mendapatkan keinginannya, ia akan semakin rajin menempa diri, memperbaiki diri, mengkoreksi diri mencari sebab mengapa do’a do’anya belum juga dikabulkan.

Sebaliknya, orang yang tidak mampu bersabar adalah orang yang tak dapat melihat kecuali apa yang terpampang di depannya. Hanya melihat yang tersurat tanpa bisa mengerti yang tersirat. Ia tidak mampu melihat sesuatu di balik ketetapan-ketetapan Allah pada dirinya. Ia gagal meresapi bahwa segala yang terjadi adalah yang terbaik di tangan Allah dan bahkan berputus asa dari rahmat Allah. Ia tidak dapat menangkap potensi yang bisa dimanfaatkannya, tak mampu memandang hambatan sebagai tantangan yang memacu dirinya.

Ketika ku mohon kepada Allah kekuatan,

Allah memberiku kesulitan … agar aku kuat

Ketika ku mohon kepada Allah kebijaksanaan,

Allah memberiku masalah-masalah … untuk ku pecahkan

Ketika ku mohon kepada Allah kesejahteraan,

Allah memberiku akal … untuk berfikir

Ketika ku mohon kepada Allah keberanian,

Allah memberiku kondisi bahaya … untuk ku atasi

Ketika ku mohon kepada Allah sebuah cinta ♥♥♥,

Allah memberiku orang-orang bermasalah … untuk ku tolong

Ketika ku mohon kepada Allah bantuan,

Allah memberiku kesempatan …

Kadang aku tidak menerima apa yang ku pinta …

tapi aku menerima segala apa yang kubutuhkan …

dan do’a ku terjawab sudah…..

..............................................

” Sumiyal Insan Binnisyan ” Dinamakan manusia karena sering pelupa, namun sifat pelupa bukanlah alasan untuk selalu berpura pura lupa dan menjadikannya sebagai alasan dalam segala kelalaian yang diperbuat, karena Allah telah melengkapi ciptaan manusia dengan diberinya akal untuk berfikir dan bertadabbur tentang segala ciptaanNya sehingga sampailah manusia pada derajat kemuliaan yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya, adalah suatu kebanggaan yang harus dibanggakan dengan menggunakan akal tersebut berdasarkan jalan dan batas batas yang telah ditunjukan dan telah dibatasi oleh agama, bukan berarti agama adalah pembatas atau menyempitkan dan melarang adanya kebebasan berfikir meliankan agama itu bersifat universal sebagai penunjuk dan pedoman agar tidak salah dalam menggunakan akal tersebut.

Dan salah satu peran utama akal yang diberikan adalah untuk berfikir mengapa akal tersebut diberikan sehingga kita akan mengetahui bagaimana untuk menggunakan akal tersebut, sebagian besar di antara kita hanya tau bagaimana untuk menggunakan akal namun belum mengetahui dan sadari mengapa akal tersebut diberikan yang membuat mereka sering mengakal akali apa yang belum dapat dijangkau oleh akal yang menimbulkan banyaknya konflik, bila manusia telah mengetahui mengapa diberikan akal maka ia akan sampai pada tujuan hidupnya yang mulia.

Akal dari segi bahasa, bisa berarti Qalb ( hati ) , menahan diri dari hawa nafsu dan keinginan keinginan yang ada di hati, bisa juga berarti apa yang dipikirkan dan direnungkan dalam hati , menahan diri dari bahaya dan kebinasaan, atau bisa berarti suatu keistimewaan yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya atau juga bisa berarti memahami. Dari semua arti yang ada menunjukkan bahwa akal itu tempatnya di hati, bersumber dari hati untuk berfikir dan memahami serta menahan diri dari segala keburukan yang akan menimpa sebelum dan sesudahnya sebagai tanda keistimewaan manusia dibanding mahluk lainnya, jelas dari arti akal tersebut, menunjukkan bahwa akal itu digunakan kepada hal hal yang baik dan bermanfaat serta jauh dari segala keburukan dan kebinasaan, jika akal tersebut digunakan sesuka hati berarti akal itu telah keluar dari definisi akal itu sendiri dimana pelakunya dapat disamakan dengan binatang. sebagai mana dalam Al qur’an disebutkan “Mereka mempunyai hati, tetapi tidak untuk memahami ayat Tuhan, mereka mempunyai mata tapi tidak untuk melihat, mereka mempunyai telinga tetapi tidak untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang bahkan lebih sesat dari binatang. Itulah orang-orang yang lalai.”

Keistimewaan yang diberikan adalah pengontrol terhadap segala tindak tanduk sebelum dan sesudah berbuat dengan bertanya kepada hati, dikelola oleh akal dan diseragamkan dengan agama, untuk dapatkan jawaban apakah sesuatu itu mendatangkan kebaikan atau keburukan. Hati adalah tempat mencurahkan segala masalah, akal sebagai kawan yang membantu dan agama adalah penyelesaian dari segala masalah, olehnya itu perbanyak melontarkan pertanyaan mengapa dan mengapa kepada hati agar lebih mengetahui apa yang belum diketahui dan lebih banyak mengetahui apa yang telah diketahui dengan cara mengintropeksi diri.

Mengetahui tujuan hidup tidak akan terlepas dari siapa yang memberikan kehidupan sebagai asal kehidupan itu sendiri, dan mengetahui asal dari kehidupan tidak bisa terlepas dari pengenalan terhadap diri sendiri, sebagai mana dijelaskan oleh Imam Ali a.s. dalam Nahjul Balaghah bahwa, “Awwaluddiin ma’rifatuhuu…” artinya “Awal agama adalah mengenal Allah”. Yang telah memberikan kehidupan. Dalam kesempatan yang lain Imam Ali a.s. menyatakan, “Siapa yang mengenal dirinya pasti mengenal Tuhannya”. karan diri adalah ego yang sering membuat manusia itu egois dengan dirinya, lupa akan siapa dirinya yang tercipta dari segumpal darah menjadi segumpal daging serta tanah tak tak bernilai, jika manusia sadar mengapa dia tercipta dari tanah yang rendah dan slalu diinjak injak pasti dia akan menyadari bahwa hidupnya hanyalah seorang budak yang setiap saat tunduk serta merendahkan diri dan siap untuk menerima injakan dan cobaan dari Penciptanya. Dalam hal ini Self-managing sangat berperan untuk lebih mengetahui dengan jelas apa yang ingin kita capai, selanjutnya adalah mengelola diri kita untuk mencapai tujuan tersebut.

Manusia itu Ada dari tiada menjadi ada dan akan tiada untuk ada, manusia lahir dalam keadaan lemah kemudian tumbuh besar menjadi kuat, sakit dikit menjadi lemah sembuh merasa kuat tua menjadi lemah, manusia itu dari lahir bodoh kemudian belajar menjadi pintar semakin blajar semakin merasa bodoh dan ahirnya akan menjadi pintar, tua renta akan semakin pelupa dst. Daur kehidupan haruslah difikirkan dan direnungkan agar lebih mengetahui tujuan dari hidup ini. Daur kehidupan ini akan terjawab setelah kita merenungi dan memahami ” Dari mana dan akan ke mana?” yang menuntut kita untuk mencari jawabannya. Di dalam Alquran ditegaskan bahwa, “… Sesungguhnya kita semua kepunyaan Allah dan akan kembali kepada-Nya” menunjukan bahwa tujuan kita hidup semata mata untuk kembali kepadaNya Sang Maha Pencipta, kata kasarnya, tujuan hidup kita adalah Mati, Namun kita tidak bisa melupakan atau mengenyampingkan Apa Tugas yang dibebani oleh Allah S.W.T dalam mengisi hidup di dunia untuk dipertanggungjawabkan setelah mencapai tujuan hidup nanti.

Manusia tidak tahu kapan akan mencapai tujuan hidupnya yaitu mati, karena itu siapkanlah diri untuk menghadapi kematian dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain, “Belajarlah mati sebelum mati” (Muutuu qabla an tamuutuu), yaitu belajar dan berusaha agar kita selalu siap, agar sewaktu-waktu bila telah sampai pada tujuan, kembalilah dengan selamat dan bahagia. yaitu matinya orang orang yang bertakwa, yang hatinya selalu berzikir dan ingat kepada Allah dalam keadaan apa pun, dalam Al qur’an dijelaskan ” Wajah-wajah mereka (orang-orang beriman) pada hari itu berseri-seri. Mereka melihat kepada Tuhannya.

Semoga kita Termasuk orang orang yang berseri seri mukanya dalam meraih tujuan hidup dan semoga kita termasuk orang orang yang berhasil di dunia dan di akherat kelak, dan semoga jalan untuk mencapai tujuan hidup diawali dengan husnul khatimah, amieenn.

....................................

ada tiga tujuan Allah menghidupkan kita di dunia ini, yaitu:

1. Untuk beribadah kepada Allah
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz-dzariat : 56)

Firman di atas menegaskan bahwa kehidupan kita ini tiada lain bertujuan untuk beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Maka segala tindak tanduk kita melenceng dari tujuan kita dihidupkan apabila tidak kita bingkai dengan ibadah kepada Allah. Mulai dari bangun tidurnya kita hingga kita kembali ke tempat tidur, harus frame dengan ‘ubudiyah.

2. Untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Dalam firman-Nya yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 61, Allah berfirman:

“…Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…”. Dan dalam Al-Baqoroh ayat 30 Allah berirman, “…Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.…”

Setiap kita mengemban misi kekhalifahan. Siapa pun, dari seorang budak, seorang cacat, hingga seorang bangsawan. Semuanya dihidupkan oleh Allah dengan tujuan agar mereka mengolah bumi ini. Semua aktifitas kita tidak boleh menyimpang dari misi ini. Belajarlah, memanfaatkan kedudukan kita sebagai manusia ini, dan niatkan sebagai pemenuhan atas amanat yang kita pikul. Jangan sampai kita menjadi pengkhianat dengan malas belajar.

Menjadi khalifah adalah tugas yang berat. Kebanyakan manusia saat ini telah menyimpang dari misi ia ciptakan. Manusia saat ini telah merusak bumi. Bukanlah pemakmur, tapi malah perusak.

Ozon yang bocor, pemanasan global, terumbu karang yang mulai punah, hingga sampah yang bertebaran di kampus tercinta kita ini adalah akibat dari ulah manusia yang lalai tentang hakikat ia dihidupkan.

Manusia yang bodoh. Memang benar seperti apa yang dikatakan Allah dalam Al-Qur’an. Padahal ia tak lebih kuat dari gunung yang menolak amanat untuk menjadi pemakmur bumi, padahal ia tidak lebih perkasa dari langit, tapi ia menjadi pemikul amanat untuk memakmurkan bumi ini. Dan akibat dari kelemahannya telah terlihat dewasa ini.

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS Al-Ahzab:72).

3. Untuk Ujian, Siapakah di Antara Kita yang Lebih Baik
Kehidupan sarat dengan kompetisi. Perlombaan adalah suatu yang mutlak terjadi dalam hidup. Mulai dari perlombaan untuk mencari nafkah,

Dan Allah telah menciptakan kehidupan ini juga dalam rangka perlombaan. Ia telah mengadakan sayembara kepada manusia, untuk berlomba-lomba dalam menempuh amal yang baik. Allah akan menyeleksi kita dalam perlombaan ini.
Perlombaan ini akan menentukan sang pemenang, yang akan menyandang gerlar khoriul bariyyah (sebaik-baik makhluk) (QS 98:7), Sedangkan yang kalah akan menyandang gelar syarrul bariyyah (makhluk terburuk) (QS 98:6).

Hadiah bagi yang memenangkan perlombaan ini adalah tropi berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, tabanas berupa kekekalan (lebih kekaldari kekekalan energi), dan keridhoan Allah. Sedangkan bagi pecundang, akan mendapat hadiah hiburan berupa mandi sauna tiap hari di neraka jahannam. Lumayan kan hadiah hibburannya.

Dan pemenangnya ialah, orang-orang yang beriman yang sampai akhir hayatnya mereka tetap istiqomah terhadap keimanannya. Dan sang pecundang ialah orang-orang kafir..
Seleksi Allah sebagai maksud dari penciptaan kehidupan ini telah Allah katakana dalam Surat Al-Mulk ayat 2.

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Itulah tujuan kita hidup. Bahkan Hawa pun tercipta di dunia ini dengan tujuan seperti diatas, bukan untuk menemani sang Adam. Kalau Hawa tercipta untuk menemani sang Adam, mengapa Hawa tidak ikut wafat ketika Adam a.s. wafat? Mengapa Hawa tidak menemani sang Adam di alam Baqa’? Begitu juga dirimu, tercipta untuk tiga hal di atas. Bukan untuk sekedar menemani adam.