Penuhi jiwa ini dengan satu rindu
Rindu untuk mendapat rahmatMu
Meski tak layak kuharap sebut cintaMu
Meski begitu hina ku bersimpuh
Cukup bagiku Allah segalanya untukku
Di hatiku ini penuh terisi segala tentang Allah
(syair nasyid Gito Rollies)
Selamat bagi Anda yang meletakkan Allah paling utama diantara yang utama, paling dicintai diantara yang dicintai, paling berharga diantara yang berharga. Selamat karena Anda telah merasakan surga dunia.
”Tidak akan memasuki surga akherat orang yang belum pernah memasuki surga dunia.”
Mungkin di antara kita ada yang meragukan atau belum mengerti makna maqalah tersebut. Senada dengan hadist yang menyatakan bahwa dunia ini bagi orang mukmin seperti penjara. Kedua perkataan tersebut sama-sama benar dan tidak ada kontradiksi kalau ditelaah lebih jauh.Makna dari kedua perkataan tersebut adalah memang benar untuk mencapai keridloan Allah dipenuhi dengan berbagai rintangan maupun pengorbanan yang tidak sedikit. Bahkan meski dengan pengorbanan yang dilakukan seringkali masih dihina, diejek, maupun disiksa. Tekanan fisik dan mental harus dilalui untuk meraih cinta-Nya. Memang bukan jalan yang mulus tapi justru penuh duri. Tetapi dibalik kesulitan yang dihadapi, hati orang mukmin pasti mempunyai keyakinan akan janji Allah dan senantiasa meletakkan rasa syukur atas segala nikmatnya. Adanya keyakinan dalam hati disertai rasa syukur maupun sabar akan memberikan hakekat kebahagiaan yang sebenarnya. Kebahagiaan yang sebenarnya itu akan tumbuh manakala Rob mengisi ruang kalbunya, tiada harapan lain yang paling haqiqi selain selalu berdekatan denganNya, mengingatNya dalam setiap desahan nafas, dan rindu berjumpa dengan dzat yang sungguh sangat Pengasih dan Penyayang. Bukan hanya kebahagiaan semu yang acapkali justru ujungnya menyengsarakan. Harta, status sosial, bebas memperturutkan hawa nafsu hanyalah kenikmatan sesaat, ia hanya akan menyisakan rasa sakit yang makin mendalam, hatipun menjadi gersang karena mengingkari nurani yang pada dasarnya bersih dan suci. Itukah letak kebahagiaan yang selama ini banyak diperebutkan dan diburu-buru hingga nyawa lepas dari raga? Na’udzubillahi min dzalik.
Dunia ini tidaklah lebih berharga dari sesayap nyamuk. Jangan menaruh dunia di hati, tetapi pergunakanlah dunia untuk mendapatkan kebahagiaan hati, yaitu keridloan Allah. Dunia adalah sarana untuk mencapai kecintaan kepada Rob. Tidak masalah sedikit atau banyak yang penting ikhlas dan semaksimalnya. Setiap insan bisa mempergunakannya untuk mencapai keridloan Allah SWT kalau mau. Untuk beramal tidak harus kaya, bagi orang yang menginginkan cinta Allah melebihi segala-galanya, apapun bisa dikorbankan meski dia sendiri membutuhkan. Memberi di saat berlebih adalah mudah, meski tidak semua orang mau melakukannya, tetapi memberi di kala kita sendiri membutuhkan, hanyalah orang-orang yang mengharap perjumpaan dengan Allah yang dapat melakukannya.
Sebenarnya nikmat Allah sungguh sangat banyak. Namun sedikit sekali di antara kita yang mengingat-ingat, menghayati maupun memikirkannya. Sehingga setiap kesulitan yang dihadapi menyebabkan kita seolah-olah tidak pernah mendapat nikmat Allah. Mata dan hati yang seharusnya melihat orang-orang yang keadaannya lebih sulit daripada kita justru selalu kita belalakkan kepada orang-orang yang ”lebih”. Tanda petik tersebut menyiratkan makna karena orang yang berlebih dalam hal dunia belum tentu lebih beruntung daripada orang yang kurang dalam dunia, tetapi kaya dengan amalan akherat. Meskipun Allah lebih mencintai mukmin yang kuat daripada mukmin yang lemah, tetapi kekuatan tersebut haruslah dipakai untuk berjuang di jalan Allah.
Apakah yang diperoleh orang-orang yang telah kehilangan Allah dari dalam dirinya? Dan apakah yang harus dicari oleh orang-orang yang telah menemukan Allah di dalam dirinya? Sungguh antara yang pertama dan kedua tidak akan pernah sama. Orang kedua akan mendapatkan segalanya, dan orang pertama akan kehilangan segalanya.
Ketika Allah menjadi tujuan akhir dari kehidupan, maka akan tumbuh sifat-sifat dan sikap-sikap mulia dari seorang hamba. Percaya diri, semangat, tidak mudah putus asa, dan selalu bersabar dalam setiap kendala. Maksudnya bersabar disini bukanlah pasrah dengan keadaan tanpa adanya usaha dan perbaikan, tetapi selalu mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Dengan selalu berdo’a, ikhtiar, dan tawakkal terhadap segala kehendak-Nya. Bersabar berarti mampu memandang dengan sisi yang berbeda setiap kendala. Ketika merasakan betapa sulitnya menggapai suatu usaha, ia yakin bahwa setiap tetesan peluhnya menyimpan makna. Ketika merasakan sesaknya himpitan masalah, ia akan melihat pelajaran berharga yang bisa dipetiknya dari kesulitan-kesulitan yang menerpanya dan menjadikannya sebagai tonggak meraih harapan-harapan dalam hidupnya. Jika ia merasa belum mendapatkan keinginannya, ia akan semakin rajin menempa diri, memperbaiki diri, mengkoreksi diri mencari sebab mengapa do’a do’anya belum juga dikabulkan.
Sebaliknya, orang yang tidak mampu bersabar adalah orang yang tak dapat melihat kecuali apa yang terpampang di depannya. Hanya melihat yang tersurat tanpa bisa mengerti yang tersirat. Ia tidak mampu melihat sesuatu di balik ketetapan-ketetapan Allah pada dirinya. Ia gagal meresapi bahwa segala yang terjadi adalah yang terbaik di tangan Allah dan bahkan berputus asa dari rahmat Allah. Ia tidak dapat menangkap potensi yang bisa dimanfaatkannya, tak mampu memandang hambatan sebagai tantangan yang memacu dirinya.
Ketika ku mohon kepada Allah kekuatan,
Allah memberiku kesulitan … agar aku kuat
Ketika ku mohon kepada Allah kebijaksanaan,
Allah memberiku masalah-masalah … untuk ku pecahkan
Ketika ku mohon kepada Allah kesejahteraan,
Allah memberiku akal … untuk berfikir
Ketika ku mohon kepada Allah keberanian,
Allah memberiku kondisi bahaya … untuk ku atasi
Ketika ku mohon kepada Allah sebuah cinta ♥♥♥,
Allah memberiku orang-orang bermasalah … untuk ku tolong
Ketika ku mohon kepada Allah bantuan,
Allah memberiku kesempatan …
Kadang aku tidak menerima apa yang ku pinta …
tapi aku menerima segala apa yang kubutuhkan …
dan do’a ku terjawab sudah…..
..............................................
” Sumiyal Insan Binnisyan ” Dinamakan manusia karena sering pelupa, namun sifat pelupa bukanlah alasan untuk selalu berpura pura lupa dan menjadikannya sebagai alasan dalam segala kelalaian yang diperbuat, karena Allah telah melengkapi ciptaan manusia dengan diberinya akal untuk berfikir dan bertadabbur tentang segala ciptaanNya sehingga sampailah manusia pada derajat kemuliaan yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya, adalah suatu kebanggaan yang harus dibanggakan dengan menggunakan akal tersebut berdasarkan jalan dan batas batas yang telah ditunjukan dan telah dibatasi oleh agama, bukan berarti agama adalah pembatas atau menyempitkan dan melarang adanya kebebasan berfikir meliankan agama itu bersifat universal sebagai penunjuk dan pedoman agar tidak salah dalam menggunakan akal tersebut.
Dan salah satu peran utama akal yang diberikan adalah untuk berfikir mengapa akal tersebut diberikan sehingga kita akan mengetahui bagaimana untuk menggunakan akal tersebut, sebagian besar di antara kita hanya tau bagaimana untuk menggunakan akal namun belum mengetahui dan sadari mengapa akal tersebut diberikan yang membuat mereka sering mengakal akali apa yang belum dapat dijangkau oleh akal yang menimbulkan banyaknya konflik, bila manusia telah mengetahui mengapa diberikan akal maka ia akan sampai pada tujuan hidupnya yang mulia.
Akal dari segi bahasa, bisa berarti Qalb ( hati ) , menahan diri dari hawa nafsu dan keinginan keinginan yang ada di hati, bisa juga berarti apa yang dipikirkan dan direnungkan dalam hati , menahan diri dari bahaya dan kebinasaan, atau bisa berarti suatu keistimewaan yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya atau juga bisa berarti memahami. Dari semua arti yang ada menunjukkan bahwa akal itu tempatnya di hati, bersumber dari hati untuk berfikir dan memahami serta menahan diri dari segala keburukan yang akan menimpa sebelum dan sesudahnya sebagai tanda keistimewaan manusia dibanding mahluk lainnya, jelas dari arti akal tersebut, menunjukkan bahwa akal itu digunakan kepada hal hal yang baik dan bermanfaat serta jauh dari segala keburukan dan kebinasaan, jika akal tersebut digunakan sesuka hati berarti akal itu telah keluar dari definisi akal itu sendiri dimana pelakunya dapat disamakan dengan binatang. sebagai mana dalam Al qur’an disebutkan “Mereka mempunyai hati, tetapi tidak untuk memahami ayat Tuhan, mereka mempunyai mata tapi tidak untuk melihat, mereka mempunyai telinga tetapi tidak untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang bahkan lebih sesat dari binatang. Itulah orang-orang yang lalai.”
Keistimewaan yang diberikan adalah pengontrol terhadap segala tindak tanduk sebelum dan sesudah berbuat dengan bertanya kepada hati, dikelola oleh akal dan diseragamkan dengan agama, untuk dapatkan jawaban apakah sesuatu itu mendatangkan kebaikan atau keburukan. Hati adalah tempat mencurahkan segala masalah, akal sebagai kawan yang membantu dan agama adalah penyelesaian dari segala masalah, olehnya itu perbanyak melontarkan pertanyaan mengapa dan mengapa kepada hati agar lebih mengetahui apa yang belum diketahui dan lebih banyak mengetahui apa yang telah diketahui dengan cara mengintropeksi diri.
Mengetahui tujuan hidup tidak akan terlepas dari siapa yang memberikan kehidupan sebagai asal kehidupan itu sendiri, dan mengetahui asal dari kehidupan tidak bisa terlepas dari pengenalan terhadap diri sendiri, sebagai mana dijelaskan oleh Imam Ali a.s. dalam Nahjul Balaghah bahwa, “Awwaluddiin ma’rifatuhuu…” artinya “Awal agama adalah mengenal Allah”. Yang telah memberikan kehidupan. Dalam kesempatan yang lain Imam Ali a.s. menyatakan, “Siapa yang mengenal dirinya pasti mengenal Tuhannya”. karan diri adalah ego yang sering membuat manusia itu egois dengan dirinya, lupa akan siapa dirinya yang tercipta dari segumpal darah menjadi segumpal daging serta tanah tak tak bernilai, jika manusia sadar mengapa dia tercipta dari tanah yang rendah dan slalu diinjak injak pasti dia akan menyadari bahwa hidupnya hanyalah seorang budak yang setiap saat tunduk serta merendahkan diri dan siap untuk menerima injakan dan cobaan dari Penciptanya. Dalam hal ini Self-managing sangat berperan untuk lebih mengetahui dengan jelas apa yang ingin kita capai, selanjutnya adalah mengelola diri kita untuk mencapai tujuan tersebut.
Manusia itu Ada dari tiada menjadi ada dan akan tiada untuk ada, manusia lahir dalam keadaan lemah kemudian tumbuh besar menjadi kuat, sakit dikit menjadi lemah sembuh merasa kuat tua menjadi lemah, manusia itu dari lahir bodoh kemudian belajar menjadi pintar semakin blajar semakin merasa bodoh dan ahirnya akan menjadi pintar, tua renta akan semakin pelupa dst. Daur kehidupan haruslah difikirkan dan direnungkan agar lebih mengetahui tujuan dari hidup ini. Daur kehidupan ini akan terjawab setelah kita merenungi dan memahami ” Dari mana dan akan ke mana?” yang menuntut kita untuk mencari jawabannya. Di dalam Alquran ditegaskan bahwa, “… Sesungguhnya kita semua kepunyaan Allah dan akan kembali kepada-Nya” menunjukan bahwa tujuan kita hidup semata mata untuk kembali kepadaNya Sang Maha Pencipta, kata kasarnya, tujuan hidup kita adalah Mati, Namun kita tidak bisa melupakan atau mengenyampingkan Apa Tugas yang dibebani oleh Allah S.W.T dalam mengisi hidup di dunia untuk dipertanggungjawabkan setelah mencapai tujuan hidup nanti.
Manusia tidak tahu kapan akan mencapai tujuan hidupnya yaitu mati, karena itu siapkanlah diri untuk menghadapi kematian dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain, “Belajarlah mati sebelum mati” (Muutuu qabla an tamuutuu), yaitu belajar dan berusaha agar kita selalu siap, agar sewaktu-waktu bila telah sampai pada tujuan, kembalilah dengan selamat dan bahagia. yaitu matinya orang orang yang bertakwa, yang hatinya selalu berzikir dan ingat kepada Allah dalam keadaan apa pun, dalam Al qur’an dijelaskan ” Wajah-wajah mereka (orang-orang beriman) pada hari itu berseri-seri. Mereka melihat kepada Tuhannya.
Semoga kita Termasuk orang orang yang berseri seri mukanya dalam meraih tujuan hidup dan semoga kita termasuk orang orang yang berhasil di dunia dan di akherat kelak, dan semoga jalan untuk mencapai tujuan hidup diawali dengan husnul khatimah, amieenn.
....................................
ada tiga tujuan Allah menghidupkan kita di dunia ini, yaitu:
1. Untuk beribadah kepada Allah
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz-dzariat : 56)
Firman di atas menegaskan bahwa kehidupan kita ini tiada lain bertujuan untuk beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Maka segala tindak tanduk kita melenceng dari tujuan kita dihidupkan apabila tidak kita bingkai dengan ibadah kepada Allah. Mulai dari bangun tidurnya kita hingga kita kembali ke tempat tidur, harus frame dengan ‘ubudiyah.
2. Untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Dalam firman-Nya yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 61, Allah berfirman:
“…Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…”. Dan dalam Al-Baqoroh ayat 30 Allah berirman, “…Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.…”
Setiap kita mengemban misi kekhalifahan. Siapa pun, dari seorang budak, seorang cacat, hingga seorang bangsawan. Semuanya dihidupkan oleh Allah dengan tujuan agar mereka mengolah bumi ini. Semua aktifitas kita tidak boleh menyimpang dari misi ini. Belajarlah, memanfaatkan kedudukan kita sebagai manusia ini, dan niatkan sebagai pemenuhan atas amanat yang kita pikul. Jangan sampai kita menjadi pengkhianat dengan malas belajar.
Menjadi khalifah adalah tugas yang berat. Kebanyakan manusia saat ini telah menyimpang dari misi ia ciptakan. Manusia saat ini telah merusak bumi. Bukanlah pemakmur, tapi malah perusak.
Ozon yang bocor, pemanasan global, terumbu karang yang mulai punah, hingga sampah yang bertebaran di kampus tercinta kita ini adalah akibat dari ulah manusia yang lalai tentang hakikat ia dihidupkan.
Manusia yang bodoh. Memang benar seperti apa yang dikatakan Allah dalam Al-Qur’an. Padahal ia tak lebih kuat dari gunung yang menolak amanat untuk menjadi pemakmur bumi, padahal ia tidak lebih perkasa dari langit, tapi ia menjadi pemikul amanat untuk memakmurkan bumi ini. Dan akibat dari kelemahannya telah terlihat dewasa ini.
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS Al-Ahzab:72).
3. Untuk Ujian, Siapakah di Antara Kita yang Lebih Baik
Kehidupan sarat dengan kompetisi. Perlombaan adalah suatu yang mutlak terjadi dalam hidup. Mulai dari perlombaan untuk mencari nafkah,
Dan Allah telah menciptakan kehidupan ini juga dalam rangka perlombaan. Ia telah mengadakan sayembara kepada manusia, untuk berlomba-lomba dalam menempuh amal yang baik. Allah akan menyeleksi kita dalam perlombaan ini.
Perlombaan ini akan menentukan sang pemenang, yang akan menyandang gerlar khoriul bariyyah (sebaik-baik makhluk) (QS 98:7), Sedangkan yang kalah akan menyandang gelar syarrul bariyyah (makhluk terburuk) (QS 98:6).
Hadiah bagi yang memenangkan perlombaan ini adalah tropi berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, tabanas berupa kekekalan (lebih kekaldari kekekalan energi), dan keridhoan Allah. Sedangkan bagi pecundang, akan mendapat hadiah hiburan berupa mandi sauna tiap hari di neraka jahannam. Lumayan kan hadiah hibburannya.
Dan pemenangnya ialah, orang-orang yang beriman yang sampai akhir hayatnya mereka tetap istiqomah terhadap keimanannya. Dan sang pecundang ialah orang-orang kafir..
Seleksi Allah sebagai maksud dari penciptaan kehidupan ini telah Allah katakana dalam Surat Al-Mulk ayat 2.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Itulah tujuan kita hidup. Bahkan Hawa pun tercipta di dunia ini dengan tujuan seperti diatas, bukan untuk menemani sang Adam. Kalau Hawa tercipta untuk menemani sang Adam, mengapa Hawa tidak ikut wafat ketika Adam a.s. wafat? Mengapa Hawa tidak menemani sang Adam di alam Baqa’? Begitu juga dirimu, tercipta untuk tiga hal di atas. Bukan untuk sekedar menemani adam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar